Logo Bloomberg Technoz

“Dengan memperimbangkan hal tersebut, maka memang terdapat potensi akan meningkatnya impor atau banjir impor,”

Pasal 14 ayat 2 beleid baru tersebut menyatakan, penerbitan pertimbangan teknis atau penolakan pertimbangan teknis oleh Direktur Jenderal dengan mempertimbangkan 4 hal.

Keempat hal itu a.l. kebutuhan besi atau baja, baja paduan dan produk turunannya dari pelaku usaha; penyerapan lokal besi atau baja, baja paduan dan produk turunanya dari pelaku usaha; realisasi impor dan/atau produksi dari pelaku usaha; dan/atau neraca penyediaan dan permintaan besi atau baja, baja paduan dan produk turunannya nasional. 

Sisi Positif

Di lain sisi, IISIA mengatakan terdapat hal positif yang termaktub dalam Permenperin No. 1/2024. Pertama, dalam pertimbangan disampaikan bahwa tujuan dari penerbitan permenperin tersebut adalah untuk meningkatkan penggunaan produk baja dalam negeri.

Kedua, Purwono melanjutkan, lampiran permenperin disusun dengan mempertimbangkan kemampuan pasokan produsen dalam negeri. Sehingga beberapa HS Code yang dapat diproduksi produsen dalam negeri telah dihapuskan dalam permenperin tersebut.

“IISIA percaya bahwa semangat yg dibangun melalui permenperin adalah untuk meningkatkan penggunaan produk baja dalam negeri,” ujarnya.

Ilsutrasi baja. (Qilai Shen/Bloomberg)

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), diolah IISIA, volume impor produk baja Indonesia cenderung berfluktuasi sejak pandemi. Pada 2020, volumenya mencapai 12,07 juta ton, 2021 sebanyak 13,59 juta ton, 2022 sejumlah 14,82 juta ton, dan 2023 sebesar 12,15 juta ton.

Sebaliknya, tren ekspor baja terus meningkat pada periode yang sama. Ekspor baja pada 2020 mencapai 8,87 juta ton, 2021 sebanyak 13,56 juta ton, 2022 sejumlah 15,08 juta ton, dan tahun lalu 14,83 juta ton.

IISIA sebelumnya emproyeksikan konsumsi baja nasional tumbuh sebesar 5,2% menjadi 18,3 juta ton pada 2024 dari realisasi sebanyak 17,4 juta ton pada tahun lalu.

Dalam laporan terbarunya yang dilansir Januari 2024, IISIA juga memproyeksikan produksi pada tahun ini akan tetap tumbuh 5,2% menjadi 15,9 juta ton dari 15,2 juta ton pada 2023, sedangkan ekspor melesat 18,6% menjadi 7,1 juta ton dari 6,0 juta ton.

“IISIA memproyeksikan konsumsi baja nasional atau Apparent Steel Consumption [ASC] pada 2024 akan tumbuh sebesar 5,2%, sesuai tingkat pertumbuhan rata-rata periode 2020—2023, menjadi 18,3 juta ton,” sebagaimana dikutip melalui laporan Proyeksi Kinerja Baja Nasional.

Pertumbuhan industri baja nasional menurut perhitungan IISIA dipengaruhi oleh kinerja industri baja global dan perkembangan sektor industri pengguna baja nasional. 

Di tingkat global, World Steel Association (WSA) dalam proyeksi jangka pendek yang dikeluarkan pada Oktober 2023 memperkirakan konsumsi baja dunia pada 2024 akan tumbuh lebih lanjut sebesar 1,9% menjadi 1.849,1 juta ton.

(dov/wdh)

No more pages