“Bukan manipulasi, tetapi irregularity. Di Jepang kan istilahnya itu, irregularity bukan manipulasi. Jadi memang agak jauh berbeda,” ujarnya.
Beda SOP
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Ketahanan Perwilayahan dan Akses Industri Nasional (KPAII), Eko Cahyanto mengatakan masing-masing negara memiliki metode pengujian dan standar operasional prosedur (SOP) yang berbeda-beda.
“Memang ada perbedaan metode pengujian dari SOP yang di berbagai negara punya, semuanya berbeda, kecuali kita yang sudah memiliki kesepakatan perjanjian terkait saling keberterimaan dan standar pengujian yang berlaku secara umum,” ujar Eko.
Terdapat pernyataan yang sedikit berbeda antara Toyota Motor Corporation (Toyota) pabrikan mobil yang berpusat di Jepang dengan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) yang merupakan basis produksi di Indonesia soal dugaan manipulasi sertifikasi mesin diesel terhadap mobil Fortuner buatan Indonesia.
Sebelumnya, sebanyak 10 mobil Toyota yang berbasis mesin diesel diketahui melakukan penyimpangan terhadap peraturan sertifikasi terkait dengan emisi domestik yang tidak sesuai standar.
Berdasarkan keterangan resmi dari Toyota, dilansir Senin (29/1/2024), Fortuner produksi Mei 2020 yang diproduksi TMMIN Indonesia, Toyota Motor Thailand Co Ltd, dan Toyota Kirloskar Motor Private Ltd (India) merupakan 1 dari 10 mobil diesel Toyota yang bermasalah.
"Selama pengujian sertifikasi, kinerja keluaran horse power mesin diukur menggunakan ECU dengan perangkat lunak yang berbeda dari yang digunakan untuk produksi massal, sehingga hasilnya tampak lebih halus dengan variasi yang lebih sedikit. Sepuluh model kendaraan menggunakan mesin yang terkena dampak secara global, termasuk enam di Jepang," tulis Toyota.
Namun, saat dimintai konfirmasi secara terpisah, TMMIN mengatakan isu ini tidak ada kaitannya dengan model-model kendaraan Toyota di Indonesia.
Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam mengatakan isu tersebut berkaitan dengan prosedur sertifikasi di beberapa negara selain Indonesia dan tidak berkaitan maupun mempengaruhi kinerja tenaga kuda, torsi, maupun kinerja mesin lainnya.
“Isu ini juga tidak berkaitan maupun memengaruhi keamanan kendaraan serta besaran emisi yang dihasilkan kendaraan [buatan Indonesia],” ujarnya, Selasa.
“Kami ingin mengonfirmasi bahwa kami yakin kendaraan-kendaraan kami tidak terdampak dengan isu ini."
(dov/wdh)