Chief Strategy Officer (CSO) Circle Dante Disparet menggambarkan kolapsnya SVB sebagai teori kegagalan Black Swan artinya merujuk pada sebuah peristiwa langka dalam hal ini di sistem keuangan AS. Melalui cuitan di Twitter, dia menilai bahwa tanpa intervensi otoritas maka akan ada dampak yang lebih besar bagi bisnis, perbankan dan dunia usaha.
Diketahui USDC telah mengedarkan hingga 41 miliar tokennya dengan nilai pasar sekitar US$37 sebagaimana data dari CoinGecko. Sementara menurut data riset blockchain Nansen, sebesar US$ 2 miliar USDC ditebus dalam 24 jam terakhir. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan bahwa USDC diperdagangkan rendah hingga 81,5 sen.
Stablecoin seperti USDC sedianya memiliki nilai yang lebih tetap atau stabil dibandingkan mata uang kripto lainnya karena nilanya relatif lebih liquid sebagaimana mata uang dolar. Bentuknya juga lebih variatif didukung oleh bentuk tunai dan obligasi. Para investor bahkan dilaporkan sering memarkir dalam bentuk stablecoin saat harus melakukan transaksi mata uang kripto.
Saat kondisi USDC melemah, penukaran mata uang kripto AS yakni Coinbase Global Inc menyatakan harus ada penghentian sementara konversi USDC ke mata uang dolar pada akhir pekan ini. Hal ini berlanjut hingga pembukaan bank pada Senin depan.
Jatuhnya USDC juga akibat adanya efek desentralisasi aplikasi keuangan yang memberikan ruang bagi pengguna untuk bebas memperdagangkan, meminjam dan meminjamkan koin. Hal ini memberatkan kondisi stablecoin sendiri.
"Kecuali akan ada rencana talangan pada akhir pekan ini, saya rasa pasar akan sangat buruk pada pekan depan," kata CEO Satori Research Teong Hng, salah satu perusahaan investasi kripto itu soal bangkrutnya SVB.
Sektor mata uang kripto terpukul berkepanjangan dan melemah nilai asetnya hingga US$ 2 triliun sejak November 2021 silam. Hal ini juga memicu sejumlah masalah besar yakni gagalnya stablecoin TerraUSD, kolapsnya Three Arrows Capital dan bursa kritp FTX yang juga bangkrut.
TerraUSD dikenal dengan UST diketahui mencoba algoritma dan insentif trade denga menggunakan sister token Luna untuk menyetabilkan nilainya. Namun penghapusan dengan nilai US$ $60 akhirnya memicu pengawasan global yang intensif terhadap stablecoin.
"Saya rasa kepanikan pasar USDC kali ini sebagaimana yang juga terjadi pada saat USD dan kolapsnya Luna," kata CEO Apifiny Haohan Xu yang merupakan sebuah institusi yang memiliki platform trading.
"Hal ini dipicu oleh terdampaknya Circle oleh SVB dan dihentikannya fungsi penukaran USDC," lanjutnya.
Coba Meyakinkan
Pihak mata uang kripto seperti Binance dan Tether pada Jumat pekan ini lewat Twitter berusaha meyakinkan para konsumen mereka tentang potensi risiko akibat bangkrutnya SVB. Changpeng Zhao yakni CEO Binance, aset digital terbesar itu mencuitkan bahwa perusahaannya tak akan terdampak dan dana yang ada aman.
Sementara Paxos Trust Co yang mengeluarkan mata uang kripto Pax Dollar dan Gemini menyatakan pihaknya juga tak memiliki hubungan dengan bank gagal tersebut. CTO Tether Paolo Ardoino dalam akun Twitter ikut menyatakan bahwa stablecoin terbesar itu tak terdampak kolapsnya SVB.
Namun hal itu kontras dengan perusahaan peminjaman BlockFi yang diketahui memiliki US$ 227 juta di bank SVB yang bangkrut tersebut sebagaimana dalam salinan dokumen resminya.
— With assistance by David Pan
(bbn)