China sering mengatakan bahwa AS bukanlah mitra yang dapat diandalkan untuk Taiwan. Pernyataan ini bertujuan untuk melemahkan kepercayaan diri pulau itu bahwa mereka akan mampu menahan invasi. AS secara tradisional mengadopsi kebijakan ambiguitas strategis, mengakui klaim historis China atas kedaulatan Taiwan, sementara hanya mempertahankan hubungan tidak resmi dengan Taipei dan menjanjikan bantuan pertahanan.
Namun, Presiden Joe Biden telah berulang kali mengatakan bahwa AS akan membela Taiwan jika diserang. Washington adalah pendukung utama militer Taipei, dan pada akhir 2022 mengesahkan penjualan senjata senilai 10 miliar dolar AS ke Taiwan selama lima tahun.
Beijing telah menanggapi penjualan senjata tersebut dengan menghantam perusahaan-perusahaan pertahanan dengan sanksi yang sebagian besar bersifat simbolis. China telah bersumpah untuk membawa pulau yang dikelola secara demokratis oleh 23 juta orang ini di bawah kendalinya suatu hari nanti, dengan paksa jika memang diperlukan.
Ketika ditanya tentang pernyataan Chen, juru bicara kampanye Trump merujuk pada komentar yang dibuatnya ketika menjadi presiden yang mengakui bahwa China adalah ancaman keamanan.
Juru bicara tersebut juga menunjuk pada percakapan yang menjadi preseden yang dilakukan oleh Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan Trump saat ia terpilih sebagai presiden pada tahun 2016. Pembicaraan tersebut adalah yang paling dekat dengan seorang pemimpin Taiwan untuk mendapatkan pengakuan resmi dari AS sejak Washington menjalin hubungan dengan pemerintah Komunis di Beijing sekitar empat dekade yang lalu.
AS dan China terlibat perang dagang selama masa jabatan Trump, ketika hubungan antara kedua negara merenggang karena berbagai masalah, termasuk asal-usul virus corona, spionase, teknologi, dan hak asasi manusia.
China telah mempertahankan tekanannya terhadap Taiwan sejak pulau ini memilih Wakil Presiden Lai Ching-te yang bersahabat dengan Amerika Serikat sebagai pemimpin berikutnya pada 13 Januari. Beberapa hari setelah itu, Beijing melepaskan salah satu dari beberapa sekutu diplomatik Taiwan yang tersisa, Nauru, dan hubungannya dengan sekutu Pasifik lainnya, Tuvalu, terancam setelah pemilihan umum di sana.
Pada Selasa, China mengubah rute penerbangan sipil tanpa berkonsultasi dengan Taiwan, yang mengajukan "protes keras" kepada Beijing. Langkah ini pada dasarnya menormalkan penerbangan pesawat sipil China lebih dekat ke pulau tersebut.
Tentara Pembebasan Rakyat secara teratur mengirimkan serangan mendadak pesawat tempur ke zona sensitif di sekitar Taiwan, dan telah mengadakan latihan militer besar-besaran di sekitar pulau itu dua kali sejak Agustus 2022 karena Tsai bertemu dengan anggota parlemen AS.
Chen, juru bicara kantor Taiwan di Beijing, mengatakan bahwa perubahan penerbangan itu "berada dalam lingkup kerja reguler regulator penerbangan sipil China." Dia juga menegaskan kembali sikap Beijing bahwa "Taiwan adalah bagian integral dari wilayah China."
(bbn)