“Sebagai bagian dari perjanjian tersebut, JTA International Holding dan Investree telah mendirikan perusahaan joint venture bernama “JTA Investree Doha Consultancy” sebagai pusat Investree di area Timur Tengah untuk menawarkan solusi teknologi pinjaman digital kepada UMKM, salah satunya layanan penilaian kredit berbasis artificial intelligence (AI),” tulis perusahaan.
“Joint venture ini adalah kolaborasi antar JTA International Holding dan Investree untuk menghadirkan teknologi inovatif yang dibangun di Indonesia untuk memberdayakan UMKM di Qatar, Timur Tengah, dan Asia Tengah.”
Pada penggalangan dana sebelumnya (seri C) pada Maret 2020 sebelumnya, Investree mampu meraih dana US$23,4 juta dari grup investor, termasuk MUFG Innovation Partners dan BRI Ventures.
Dalam perjalanan bisnis, Investree kemudian berinvestasi di Bank Amar sebanyak dua kali, tepatnya pada 11 May dan 26 Agustus 2022 tanpa menyebutkan nilainya.
Kondisi internal terbaru membuat investor Investree meragukan kondisi perusahaan dalam menjalani bisnis dan menghasilkan pendapatan pada periode mendatang.
Laporan Adrian Gunadi mundur pertama kali disampaikan DealStreetAsia, dengan dokumen lain menyebut bahwa pemegang saham tidak puas dengan hasil kinerja Adrian Gunadi dan memuncak pada rapat pemegang saham dua pekan lalu.
Salman Baharuddin, Chief Sales Officer Investree, kemudian ditunjuk pemegang saham sebagai pengganti Adrian Gunadi. Keduanya belum memberi komentar atas perkembangan terbaru yang terjadi di Investree. Perusahaan juga belum membalas permintaan komentar.
Adrian Gunadi dilaporkan kedapatan mengalihkan dana perusahaan ke rekening pribadi. Lewat perannya, Adrian menjadikan Investree sebagai penjamin untuk perusahaan pribadinya, hasil tinjauan dokumen yang didapat DealStreetAsia.
(wep)