Rencana pendirian perusahaan kripto oleh Su Zhu dan Kyle Davies itu mendapat respons negatif dari berbagai pihak termasuk dari para netizen di Twitter. Bahkan ada yang menyamakan GTX dengan bursa kripto FTX yang bangkrut pada November lalu, dan pendirinya Sam Bankman-Fried telah didakwa melakukan kejahatan termasuk penipuan.
“Rencana Su Zhu dan Kyle Davies mirip seperti pelaku pembakaran yang kembali ke tempat kejadian dan menawarkan korban membayar mereka dengan seember air,” ujar Nic Carter, partner venture capital kripto Castle Island Ventures seperti dikutip dari Bloomberg News, Rabu (18/1/2023).
Evgeny Gaevoy, Pendiri Wintermute, salah satu market maker terbesar kripto, melalui akun Twitter pribadinya mengingatkan investor yang ingin bergabung dalam penggalangan dana GTX bisa membahayakan hubungan mereka dengan perusahaan.
Hingga berita ini dipublikasikan Su Zhu dan Kyle Davies menolak berkomentar. Adapun salah satu pendiri CoinFLEX, Sudhu Arumugam mengatakan pihaknya fokus untuk membangun, menambahkan produk baru dan kelas aset sehingga lebih banyak orang memiliki akses ke pasar keuangan.
Saat berita penggalangan dana GTX mulai menyebar secara online, CoinFLEX pun memberikan pernyataan yang disebut untuk mengklarifikasi kesalahpahaman. Mereka menyebut nama perusahaan baru itu bukan GTX, nama GTX itu hanya placeholder (wadah dalam PowerPoint untuk konten teks, grafik atau video).
Informasi saja, 3AC merupakan perusahaan yang memberikan lindung nilai untuk aset kripto. Perusahaan bangkrut karena terseret kejatuhan harga koin kripto TerraUSD yang dikembangkan oleh Do Kwon. Kejatuhan harga TerraUSD sendiri berdampak besar kepada pasar kripto dan menyebabkan hilangnya kepercayaan investor pada aset kripto. Bahkan suntikan dana dari Venture Capital ke perusahaan kripto berkurang banyak akibat kejadian itu.
Dalam risalah pertemuan dengan kreditur Three Arrows Capital tertanggal 11 Januari 2023, Su Zhu dan Kyle Davies bahkan menawarkan pada debitur untuk menukar klaimnya di Three Arrows Capital menjadi saham pada perusahaan baru itu.
“Kami berharap banyak investor tidak mau berinvestasi pada usaha baru dari pendiri 3AC sampai semua masalah hukum terselesaikan, baik di dalam dan di luar Singapura,” ungkap patner Holland & Marie, Chris Holland.
(roy/bbn)