Dolar Berjaya di Asia
Sementara mayoritas mata uang utama Asia lainnya juga menapaki jalur merah. Pada pukul 09:04 WIB, yuan China, won Korea Selatan, ringgit Malaysia, peso Filipina, dolar Singapura, baht Thailand, dan dolar Taiwan melemah masing-masing 0,04%, 0,37%, 0,02%, 0,12%, 0,09%, 0,03%, dan 0,26%.
Kebangkitan dolar AS menjadi penyebab pelemahan mata uang Asia, termasuk rupiah. Setelah kemarin melemah 0,2%, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) naik 0,1% pada pukul 09:09 WIB.
Sepanjang bulan ini, Dollar Index sudah menguat sekitar 2%.
“Pasar sedang bersiap untuk mengantisipasi hasil rapat The Fed (Federal Reserve, bank sentral AS). Investor sedang mencerna berbagai kemungkinan, termasuk peluang penurunan suku bunga acuan pada rapat Maret,” kata Alan Ruskin, Chief International Strategist Deutsche Bank, seperti diberitakan Bloomberg News.
Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) akan mengumumkan suku bunga acuan pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 5,25-5.5%. Berdasarkan CME FedWatch, peluangnya mencapai 98,4%.
Namun sepertinya The Fed akan lebih sabar dalam menurunkan suku bunga acuan. Kemungkinan Fed Funds Rate baru bisa turun paling cepat Mei, bukan Maret.
Mengutip CME FedWatch, peluang suku bunga acuan bertahan di 5,25-5,5% dalam rapat Maret masih 56%. Baru pada Mei probabilitas penurunan 25 basis poin (bps) ke 5-5,25% adalah 52,6%.
Kesabaran The Fed dalam memangkas suku bunga acuan menjadi ‘obat kuat’ bagi dolar AS. Ini membuat mata uang Negeri Adidaya masih mampu menguat dan berjaya di Asia, termasuk di hadapan rupiah.
(aji)