China, yang saat ini masih menjadi konsumen batu bara terbesar di dunia, diperkirakan semakin gencar dalam penggunaan sumber energi baru dan terbarukan. Dewan Ketenagalistrikan China dalam laporan tahunannya menyebut, energi angin dan matahari akan menyumbang 40% pembangkitan listrik tahun ini. Sudah di atas batu bara yang 37%.
Sampai akhir 2024, China berencana membangun pembangkit listrik tenaga angin dan matahari dengan kapasitas 1.300 gigawatt. Angka ini sudah di atas target 2030 yaitu 1.200 gigawatt.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara memang masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 25,68. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 25,02. Belum jenuh jual (oversold), sehingga sebenarnya ruang untuk koreksi pun masih terbuka.
Namun dengan penurunan yang sudah begitu dalam, harga batu bara tetap berpeluang mencatat technical rebound. Target resisten terdekat adalah US$ 123/ton. Jika tertembus, maka US$ 126/ton bisa menjadi target selanjutnya.
Sementara target support terdekat adalah US$ 115/ton. Penembusan di titik ini bisa membuat harga batu bara turun lagi ke US$ 113/ton.
(aji)