Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) akan mengumumkan suku bunga acuan pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan di 5,25-5.5%, Berdasarkan CME FedWatch, peluangnya mencapai 98,4%.
Federal Reserve diperkirakan menurunkan suku bunga acuan pada rapat Mei. Bahkan penurunannya bisa langsung 50-75 basis poin (bps).
Suku bunga yang sudah mencapai puncak dan akan bergerak turun membuat dolar AS lesu. Kemarin, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) melemah 0,2% ke 103,397.
Emas dan dolar AS memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Saat dolar AS terdepresiasi, harga emas biasanya akan menguat.
Ini karena emas adalah aset yang dibanderol dalam dolar AS. Pelemahan dolar AS akan membuat emas jadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas akan naik, dan harga pun terungkit.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang sedang bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 52,78. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Sementara indikator Stochastic RSI ada di 73,63. Masih di bawah 80 sehingga belum jenuh beli (overbought).
Akan tetapi, sepertinya harga emas akan mengalami konsolidasi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, risiko koreksi menjadi tinggi.
Target support terdekat adalah US$ 2019/ons. Jika tertembus, maka harga emas bisa turun lagi hingga ke US$ 2.010/ons.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.038/ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga naik menuju target US$ 2.047/ons.
(aji)