Berdasarkan laporan International Nickel Study Group (INSG), produksi nikel dunia diperkirakan mencapai 3,42 juta ton pada 2023. Pasokan ini 223.000 ton lebih besar dari permintaan.
Gap itu diperkirakan semakin lebar, menjadi sekitar 239.000 ton pada 2024. Produksi nikel di tahun ini sendiri diperkirakan mencapai 3,47 juta ton.
"Di Indonesia, produksi nickel pig iron (IPO) diperkirakan masih akan terus meningkat, konversi NPI menjadi nickel matte juga masih akan tumbuh, dan hydroxide precipitate (MHP) meningkat sejalan dengan pertumbuhan pabrik whigh-pressure acid leaching (HPAL) baru," jelas Limartha, dikutip Selasa (30/1/2024).
Mempertimbangkan situasi itu, Limartha memprediksi harga nikel sampai akhir tahun ini hanya bisa menyentuh level tertinggi di U$16.000/ton. Sedang harga di 2025 diperkirakan US$17.000/ton.
Prospek Sumber Baterai
Pamor nikel mentereng selama beberapa tahun terakhir. Ini karena nikel merupakan salah satu bahan baku baterai kendaraan listrik atau electric vehicle.
Namun, belakangan pamor itu terusik, lantaran ada material lain yang bisa dikembangkan menjadi baterai EV. Salah satunya, lithium yang bisa dikembangkan menjadi lithium ferro phosphate (LFP).
Analis Indo Premier Sekuritas Ryan Winipta menjelaskan, LFP semula tidak terlalu diperhitungkan. Namun, baterai jenis ini mulai mendapatkan pangsa pasarnya usai BYD dan CATL mampu melahirkan terobosan teknologi untuk baterai jenis ini.
Namun, baterai LFP tetap dinilai masih tidak lebih unggul dibanding baterai berbasis nikel. Meski begitu, prospek nikel untuk bahan baku baterai tetap memiliki keterbatasan. "NMC akan tetap relevan untuk sepuluh tahun ke depan," ujar Ryan.
Sebagai catatan, NMC merupakan baterai yang dibuat dari kombinasi nikel, mangan dan kobalt.
Pasalnya, baterai yang selama ini dinilai kurang efisien seperti lithium ferro manganese phosphate (LMFP), mulai kembali dilirik. Sejumlah inovasi yang dilakukan membuat baterai jenis memiliki kepadatan atau densitas energi yang lebih padat dibanding LFP.
Meski masih belum setinggi baterai NMC, inovasi ini mampu mengisi gap antara baterai LFP dan NMC. “Jika berhasil, hal ini akan berlanjut mempersempit kesenjangan kepadatan energi antara L(M)FP dan NMC,” ujarnya.
Terisinya gap tersebut memiliki arti ada alternatif pilihan baterai di pasar. Alternatif semakin bervariasi, bukan hanya nikel tapi juga graphit hingga garam.
Mempertimbangkan situasi itu, Ryan mempertahankan sikap netral untuk sektor ini.
Permainan Oknum
Menurut Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, harga nikel yang terus turun itu disebabkan oleh ada permainan dari segelintir oknum yang tidak suka industri mineral logam dunia dikuasai oleh China.
“Kalau saya ditanya, saya mempunyai teori sendiri. Bahwasannya ada orang yang tidak suka, trader yang tidak suka, harga ini dimainkan oleh beberapa gelintir industri yang dikuasai oleh industri yang namanya orang-orang China,” ujar Lutfi dalam acara Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Talkshow: Blak-blakan Soal Mobil Nasional dan Polemik LFP vs Nikel, Senin (29/1/2024).
“Dia shock the market, harganya turun, kejebak tuh Tsingshan segala macam dan kawan-kawannya. Tsingshan-nya mati, yang di Hong Kong terpaksa jual macam-macam. Saya punya teori sendiri, ini ada orang yang tidak suka memang sengaja dimatikan [kinerja nikel] di London Metal Exchange,” lanjutnya.
Menurut Lutfi, terdapat permainan yang dilakukan agar China tidak menguasai industri dan negara-negara maju tetap mendominasi ekonomi.
(mfd/dhf)