Rupiah Terburuk di Asia Pekan Lalu, BI Sebut Dipicu Isu Global
Azura Yumna Ramadani Purnama
30 January 2024 11:12
Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pekan lalu mengalami tekanan besar dengan kemerosotan nilai hingga 1,32%, hampir mendekati Rp15.900-an, menjadi valuta dengan pelemahan terdalam di Asia. Sejak awal tahun, rupiah sudah merosot nilai sampai 2,74% terutama karena arus keluar modal asing yang makin besar pekan lalu mencapai Rp3,2 triliun.
Pelemahan rupiah jadi yang terburuk, terutama akibat sentimen negatif yang muncul seiring merebak isu keretakan Kabinet Indonesia Maju dan rencana pengunduran diri beberapa menteri termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo tidak membantah pelemahan rupiah seringkali karena berita-berita atau isu yang membuat volatilitas jangka pendek menjadi tajam. Namun, ia cenderung melihat pelemahan rupiah pekan lalu lebih banyak karena faktor sentimen isu-isu pasar yang sifatnya jangka pendek, terutama pasar global. Perry tidak menyinggung isu ketidakpastian politik dalam negeri sebagai salah satu penyebab tekanan pada rupiah pekan lalu.
Gubernur BI memastikan siap siaga mengintervensi bila terjadi tekanan pada nilai tukar agar rupiah kembali ke kisaran fundamentalnya. Sepanjang tahun ini, BI sudah membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder sekitar Rp8,8 triliun dalam rangka mendukung stabilitas nilai tukar.
"Secara fundamental rupiah harusnya menguat. Neraca perdagangan kita surplus, supply juga banyak, pertumbuhan ekonomi tinggi dan inflasi rendah, imbal hasil SBN dan saham juga baik. Namun, dalam jangka pendek, ya, ada faktor berita-berita di mana satu dua minggu terakhir berpengaruh terhadap nilai tukar, tidak hanya rupiah," jelas Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistam Keuangan (KSSK), Selasa pagi (30/1/2024).