"Pembeli melihat penghematan di kasir dengan peritel non-makanan yang melakukan promosi dan peritel makanan yang terus menurunkan harga ketika harga-harga barang turun," ujar Mike Watkins, kepala peritel dan wawasan bisnis di NielsenIQ, yang menghasilkan data untuk BRC. "Namun, permintaan konsumen masih rapuh karena sebagian besar rumah tangga belum merasa lebih baik setelah hampir dua tahun mengalami inflasi."
Supermarket-supermarket di Inggris melaporkan pertumbuhan yang kuat dalam penjualan selama periode Natal karena konsumen menjamu teman dan keluarga di rumah. Peritel-peritel pakaian kelas atas, Next Plc, Marks & Spencer Group Plc, dan Primark juga mencatat kinerja yang baik, dengan yang pertama menaikkan proyeksi laba untuk kelima kalinya sejak Juni.
Namun, di luar toko-toko ternama, periode belanja Natal yang krusial lebih lemah daripada yang diharapkan karena konsumen yang terbebani oleh inflasi yang lebih tinggi dengan hati-hati mengawasi pengeluaran mereka. Total penjualan tumbuh 1,7% bulan lalu dibandingkan dengan pertumbuhan hampir 7% tahun sebelumnya karena para pembeli secara khusus menghindari barang-barang besar seperti furnitur dan peralatan rumah tangga serta pakaian, perhiasan, dan teknologi.
Merek fesyen Superdry Plc telah terbukti menjadi salah satu korban, dengan peritel yang bekerja sama dengan para penasihat mengenai opsi-opsi penghematan biaya karena kerugian yang membengkak di semester pertama.
Dalam beberapa bulan mendatang, kenaikan upah hidup nasional dan tarif bisnis yang lebih tinggi dari April dapat menjadi hambatan bagi pelonggaran inflasi lebih lanjut. Proposal daur ulang juga dapat meningkatkan biaya bagi para peritel, sementara kerusuhan di Laut Merah menyebabkan penundaan pengiriman dan biaya pengiriman yang lebih tinggi.
"Para peritel telah menghabiskan delapan bulan terakhir bekerja untuk menurunkan inflasi, tetapi kemajuannya kemungkinan akan terhambat oleh tekanan biaya baru yang datang langsung dari pemerintah," kata Helen Dickinson, kepala eksekutif BRC.
(bbn)
