Sejauh ini, pasar memperkirakan Gubernur The Fed Jerome Powell dan sejawat akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25–5,5%.
Mengutip CME FedWatch, kemungkinannya mencapai 97,9%, hampir pasti dipertahankan usai kenaikan suku bunga ke kisaran 5,25%–5,5% yang merupakan level tertinggi dalam 22 tahun.
“Rapat FOMC akan memberikan petunjuk kapan kira-kira suku bunga acuan akan turun dan apakah The Fed akan hawkish atau dovish dalam kebijakan moneter mereka,” kata Jim Wyckoff, Analis Senior Kitco Metals, seperti yang diwartakan oleh Bloomberg News.
Dini hari tadi waktu Indonesia, indeks S&P 500 di Bursa Saham New York ditutup naik 0,76%. Searah dengan Nasdaq yang menguat 1,12% dan juga Dow Jones Index dengan penguatan 0,59%.
Sebagai sentimen lanjutan, Senator Elizabeth Warren dan tiga rekannya dari Partai Demokrat mendesak Gubernur The Fed Jerome Powell untuk menurunkan suku bunga acuan guna membantu menurunkan biaya perumahan menjelang pertemuan kebijakan Bank Sentral pekan ini.
Warren, seorang anggota Partai Demokrat dari Massachusetts dan sering mengkritik kampanye kenaikan suku bunga The Fed, bergabung dengan John Hickenlooper dari Colorado, Jacky Rosen dari Nevada, dan Sheldon Whitehouse dari Rhode Island. Surat ini pertama kali dilaporkan oleh CNN.
Adapun Powell dan rekan-rekannya telah mengisyaratkan bahwa langkah selanjutnya kemungkinan adalah pemangkasan, hal itu akan terjadi paling cepat pada musim semi. Para pejabat The Fed juga memperkirakan tiga kali penurunan pada tahun ini dalam proyeksi yang dirilis pada Desember kemarin.
Dari regional, Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, regulator pasar modal China mengumumkan pada Minggu bahwa mulai Senin, China akan menghentikan (Suspend) peminjaman saham tertentu untuk tujuan Short Selling, sebuah langkah untuk mendukung pasar saham yang terus merosot.
Saham tertentu yang dimaksud merujuk pada Saham Yang Dibatasi (Restricted Stocks), biasanya dialokasikan bagi pegawai atau investor tertentu yang tidak untuk dijual-beli.
“Keputusan ini diambil menyusul langkah lain yang diumumkan minggu lalu, seperti penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) Perbankan, dan rencana Dana Stabilisasi Saham senilai 2 triliun Yuan (USD 278.45 miliar),” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Dari dalam negeri, sentimen juga datang dari Pemerintah RI yang berencana memberikan insentif fiskal kepada sektor pariwisata berupa pengurangan pajak dalam bentuk pemberian fasilitas Pajak Ditanggung Pemerintah (DTP) sebesar 10% dari PPh Badan.
Selain itu, pasar juga akan mencermati seksama terhadap rilis data inflasi yang diperkirakan akan makin melandai dari sebelumnya ada di angka 2,61% yoy pada Desember 2023 menjadi 2,58% yoy pada Januari 2024.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,28% ke posisi 7.157 dan disertai dengan munculnya volume pembelian, namun pergerakannya masih berada di fase downtrendnya.
“Saat ini posisi IHSG diperkirakan sedang berada di awal wave c dari wave (ii) sehingga pergerakannya masih rawan melanjutkan koreksinya ke rentang 6.925-7.021,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (30/1/2024).
Herditya juga memberikan catatan, meskipun menguat, diperkirakan akan cenderung terbatas untuk menguji 7.140-7.165.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, BMRI, CMRY, SMGR, dan UNTR.
Kemudian, Analis Phintraco Sekuritas juga memaparkan, IHSG diperkirakan akan bergerak konsolidasi di rentang perdagangan 7.150–7.250 pada Selasa (30/1).
“IHSG ditutup menguat ke level 7.157 di Senin (29/1). Secara teknikal adanya pelebaran negative slope pada MACD namun terdapat potensi golden cross pada Stochastic RSI. Sehingga IHSG diperkirakan konsolidasi di rentang 7.150–7.250 pada Selasa (30/1),” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, BRIS, BBTN, BFIN, MBMA.
(fad)