Ada tujuh seri SUN yang akan dilelang hari ini terdiri atas dua seri SPN yang bertenor di bawah setahun di mana satu seri merupakan penerbitan baru. Juga, ada lima seri fixed rate (FR) yang ditawarkan dalam berbagai tenor.
Dalam lelang hari ini, pemerintah juga kembali menawarkan seri FRSDG001 yang disebut sebagai seri Sustainable Development Goals (SDGs) Bond pertama yang ditawarkan melalui lelang di pasar primer domestik.
"Penerbitan seri SDGs Bond melalui lelang ini melengkapi program penerbitan SDGs Bond yang sudah dilakukan di pasar global tahun 2021," jelas Kementerian Keuangan seperti dilansir dalam publikasi resmi, dikutip hari ini.
Sentimen pasar yang tengah bullish menjelang pengumuman hasil rapat komite terbuka (FOMC) Federal Reserve pada Kamis dini hari pekan ini, telah membawa tingkat imbal hasil atau yield SUN di pasar sekunder sedikit lebih landai.
Hal itu kemungkinan mempengaruhi level yield yang diminta oleh peserta lelang dan juga keputusan pemerintah saat memenangkannya.
Masih Cerah
Prospek pasar surat utang domestik tahun ini masih cemerlang, menurut penilaian banyak analis lokal maupun asing.
"Kami optimistis SUN/INDOGB masih akan menjanjikan return positif 17,1% pada 2024-2025 (rata-rata 8,6% per tahun), mengasumsikan yield INDOGB-10Y akan lebih rendah ke 5,9% dengan kisaran 5,8%-6% pada 2024 dan 5,7% dengan kisaran 5,6%-5,8% pada 2025," kata Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas dalam paparannya, Senin (29/1/2024).
Analis memperkirakan, permintaan potensial untuk pasar SUN pada 2024 dari bank-bank dalam negeri, industri asuransi dan dana pensiun, juga industri reksa dana serta para investor ritel, masih akan tetap kuat di kisaran Rp385 triliun atau 1,7% dari Produk Domestik Bruto.
"Skenario itu didasarkan pada asumsi pertumbuhan kredit bank 9% dan DPK 6% tahun ini dan 9% serta 8% pada tahun berikutnya. Juga, pertumbuhan nominal PDB 8,3% pada 2024 dan 8,5% pada 2025 nanti," jelas analis.
Prospek pasar yang masih menjanjikan itu didukung oleh potensi penurunan bunga global yang akan diikuti oleh penurunan bunga acuan BI rate tahun ini.
Arus masuk modal asing itu bakal semakin melonjak bila sinyal penurunan bunga makin kian jelas. "Bila BI rate diturunkan tiga kali pada paruh kedua tahun ini, mengikuti penurunan bunga The Fed, tingkat imbal hasil SUN 10 tahun bisa jatuh ke 6% pada akhir tahun ini," kata Herman Tjahjadi, Chief Investment Officer di BRI Manajemen Investasi.
Level 6% terakhir terlihat pada 2021 untuk tenor acuan. Saat ini, timbal hasil SUN 10 tahun masih stabil bergerak di kisaran 6,56%. Pergerakan imbal hasil berkebalikan dengan harga. Bila harga obligasi naik, maka imbal hasil bergerak turun. Begitu juga sebaliknya.
Sejauh ini pelaku pasar masih optimistis The Fed akan memangkas suku bunga sebanyak enam kali tahun ini, menurut analis. "Pada akhirnya The Fed akan menurunkan bunga, mungkin mendekati semester II nanti. Begitu The Fed menurunkan bunga maka bank-bank sentral di pasar negara berkembang akan mengikuti termasuk Bank Indonesia," kata analis.
(rui/aji)