China, yang merupakan konsumen batu bara terbesar dunia, kian gencar menerapkan transisi energi. Dewan Ketenagalistrikan China melaporkan pembangkitan listrik dengan batu bara pada 2023 naik 4%. Meski masih tumbuh, tetapi lebih lambat ketimbang kenaikan angin (18%) dan matahari (50%).
Pemerintah China berencana untuk mengubah status pembangkit listrik bertenaga batu bara menjadi hanya cadangan, bukan pemain utama.
“Proporsi energi baru rendah karbon seperti angin dan matahari akan meningkat signifikan dan pada akhirnya menjadi sumber utama,” sebut keterangan tertulis Dewan Ketenagalistrikan.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara memang sedang bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 20,59.
RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang di posisi bearish. Bahkan saat RSI sudah di bawah 30, artinya sudah jenuh jual (oversold).
Area oversold terkonfirmasi dengan skor Stochastic RSI yang berada di angka 0. Sejatinya, batu bara sudah sangat oversold.
Oleh karena itu, ruang untuk technical rebound cukup terbuka. Target resisten terdekat ada di US$ 125/ton. Jika tertembus, maka US$ 129/ton bisa menjadi resisten berikutnya.
Sementara harga batu bara sudah menembus support US$ 119/ton. Ini bisa membuka jalan penurunan menuju rentang US$ 97-93/ton.
(aji)