Bloomberg Technoz, Jakarta - Perum Bulog membeberkan alasan yang sama dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal harga beras yang masih tinggi di pasar. Tingginya harga komoditas pangan tersebut dipicu keterlambatan masa tanam dan tingkat produksi padi yang masih rendah pada Januari 2024.
“Situasinya sedang dapat tekanan dari produksi, sebagian petani kita telat tanam baru Januari menanam,” ujar Direktur Utama Perum Bulog (Persero) Bayu Krisnamurthi saat ditemui di Kantor Kementerian Perekonomian, Senin (29/1/2024).
Bayu mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengatakan bahwa produksi beras di Januari hingga Februari bakal defisit 2,7 juta ton. Panen beras pun baru akan terjadi pada bulan Maret 2024.
Selain itu, harga pupuk saat ini juga masih tergolong tinggi imbas perang Rusia dan Ukraina serta terganggunya rantai pasok global akibat situasi di Laut Merah yang semakin memanas.
“Di sana buat transportasi muter lewat Afrika Selatan. Tadinya lewat terusan Suez lebih pendek sekarang lebih panjang dan itu menambah waktu dan biaya,” ujar Bayu. “Itu dorong harga naik, situasi tidak mudah. Semoga dengan koordinasi yang dilakukan kita tetap bisa kendalikan inflasi.”

Dengan demikian, bantuan pangan dan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) terus digelontorkan untuk mengurangi tekanan kenaikan harga. Selain itu, Perum Bulog bakal menggenjot penyaluran bantuan pangan pada Januari dan Februari 2024.
Berdasarkan pantauan pada Panel Harga Badan Pangan Nasional pada 14.13 WIB, harga beras premium naik Rp40 menjadi Rp15.280 per kilogram dibandingkan kemarin. Sementara, harga beras medium naik Rp10 menjadi Rp13.430/kg.
Akan tetapi, harga komoditas beras sebenarnya masih jauh dari titik normal. Berdasarkan data yang sama, harga beras premium pada Januari 2023 tercatat rata-rata hanya Rp13.140/kg. Sehingga, harga beras premium saat ini sebenarnya masih naik atau lebih mahal Rp2.140/kg.
Demikian pula dengan beras medium yang tercatat diperjualbelikan dengan harga Rp11.550/kg pada Januari 2023. Sehingga, harga komoditas tersebut lebih mahal hingga 1.880/kg.
(dov/frg)