Analis JP Morgan Benny Kurniawan menurunkan rekomendasi saham ASII menjadi Underweight. Sebelumnya, ia merekomendasikan Hold saham ini untuk kesekian kalinya.
Benny juga menurunkan target harga saham ASII menjadi Rp4.650/saham. Target harga sebelumnya sempat ada di level Rp5.500/saham, dari sebelumnya juga dipangkas Rp7.050/saham.
Sementara, pada perdagangan siang ini, harga saham ASII sudah jatuh mencapai 105 poin atau setara dengan pelemahan 2,07% ke level Rp4.970/saham. Penurunan ini usai melibatkan sebanyak 57,68 juta saham.
Nilai transaksi sebesar Rp288,44 miliar. Frekuensi yang terjadi sejumlah 17.673 kali.
Pada 18 Januari, BYD resmi mengaspal tiga produk mobil listriknya untuk Indonesia, dengan membawa Dolphin, Atto3, dan Seal. Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan nilai investasi BYD mencapai US$1,3 miliar atau setara dengan Rp20,3 triliun (asumsi Kurs Rp15.634) dengan kapasitas produksi mencapai 150.000 unit per tahun.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur BYD Motor Indonesia Eagle Zhao menyebutkan, pihaknya berkomitmen membangun fasilitas manufaktur pada 2024 dan bakal membangun ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) di Indonesia secara berkelanjutan dalam jangka panjang.
Produsen asal China tersebut gencar dalam terobosannya untuk merebut pasar kendaraan listrik di Indonesia. Dalam rencana perjalannya, BYD sudah mempunyai 7 jaringan dealer pada Januari 2024. Targetnya, jumlah ini bisa mencapai 50 jaringan penjualan sampai dengan penghujung tahun.
Dengan kemunculan BYD di pasar Indonesia, Astra International (ASII) tengah menghadapi ketidakpastian di saat tren mobil listrik di Indonesia kian bertumbuh.
Pangsa pasar otomotif Astra tengah menghadapi tantangan dan ketatnya penjualan otomotif seiring dengan perang harga penjualan kendaraan, termasuk kendaraan listrik di Indonesia. Pasalnya, harga mobil listrik BYD akan ada di kisaran Rp400–Rp500 juta yang tergolong sangat kompetitif.
Terlebih, BYD mendapat insentif dari Pemerintah terkait impor mobil listrik. Usai Pemerintah membebaskan impor mobil listrik Completely Built Up (CBU) hingga nol persen kepada produsen yang berniat membangun pabrik di Indonesia, termasuk BYD.
Bahkan, analis JP Morgan menilai hadirnya BYD akan menggerus pangsa pasar ASII mencapai 8% dalam dua tahun ke depan.
JP Morgan memproyeksikan pangsa pasar ASII akan berkurang lebih cepat dari perkiraan mengingat pengiriman mobil listrik BYD akan dimulai pada 24 Maret 2024. Padahal, BYD sebelumnya diperkirakan baru akan masuk Indonesia pada Semester II-2024.
JP Morgan juga telah melakukan pengecekan ke eksibisi BYD dan melihat adanya minat tinggi dari konsumen di Indonesia.
"Kami juga sudah mendapat konfirmasi, Astra dipastikan tidak ikut serta dalam distribusi BYD. Sehingga, kami melihat ada risiko yang memberatkan margin bisnis distribusi dan manufaktur otomotif dalam dua tahun ke depan," tulis JP Morgan dalam risetnya.
Mempertimbangkan sentimen itu, JP Morgan memperkirakan laba bersih Astra International (ASII) pada 2024 dan 2025 diperkirakan akan melemah masing-masing 10% dan 6%.
Faktor lain yang memicu ketidakpastian arah pangsa pasar di Indonesia bagi Astra adalah, kehadiran produsen otomotif asal Vietnam, VinFast. Produsen tersebut juga telah memastikan akan memasuki pasar kendaraan listrik di RI dengan nilai investasi mencapai US$1,2 miliar atau setara Rp18,6 triliun.
Dalam keterbukaan resminya, VinFast memastikan berminat untuk menggelontorkan dananya pada tahap awal pembangunan pabrik sebesar US$200 juta, yang akan dimulai pada 2024.
Jika terealisasi sesuai rencana awal, maka total kapasitas pembuatan dan perakitan mobil listrik VinFast akan mencapai 50.000 unit per tahun, dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.000–3.000 orang.
(fad)