Logo Bloomberg Technoz

Sekuritas JPMorgan telah menurunkan peringkat ASII efek menjadi underweight dengan target harga Rp4.650/saham. Target harga ini berlaku hingga Juni 2025.

Rontoknya saham Astra merupakan performa paling buruk sejak September tahun 2021, dimana posisi Rp5.000 pernah perusahaan capai pada perdagangan 24 Januari kemarin, mencerminkan penurunan harga saham 11,32% sejak awal tahun.

Pergerakan Saham ASII Terendah Sejak September 2021 (Bloomberg)

Rangkaian isu bertubi-tubi menghampiri Astra, termasuk skandal Daihatsu Motor Co., yang saat ini merupakan anak usaha Toyota, Toyota Motor Corp. ASII membawahi ATPM Daihatsu di Indonesia, yang berujung pada pencabutan sertifikasi keamanan sejumlah merek, termasuk Gran Max oleh otoritas terkait di Jepang.

Hadirnya produsen terbesar mobil listrik asal China, BYD, ke pasar Indonesia juga berpotensi menggerus pasar Astra. BYD menghadirkan mobil listrik dengan harga kompetitif di kisaran Rp400 juta-Rp500 juta. Mobil listrik sendiri terus mendapat angin segar, termasuk kebijakan insentif impor dari pemerintah.

Dalam dua tahun ke depan pasar otomotif Astra disebut akan berkurang 8%. Pengurangan lebih cepat dari perkiraan JPMorgan, dimana awalnya mobil merek Build Your Dreams ini diperkiraan mengirimkan mobil ke konsumen pada 24 Maret 2024. Padahal, BYD sebelumnya diperkirakan baru akan masuk Indonesia pada semester dua tahun ini, tulis analis JPMorgan Benny Kurniawan.

Penjualan mobil Astra yang stagnan dan cenderung turun salah satunya ditopang oleh masuknya BYD di Indonesia, ulas riset analis Mirae Asset Sekuritas. Namun untuk segmen penjualan sepeda motor, secara umum Mirae masih yakin Astra tetap kokoh.

JPMorgan juga telah melakukan pengecekan ke eksibisi BYD dan melihat adanya minat tinggi dari konsumen di Indonesia.  "Kami juga sudah mendapat konfirmasi, Astra dipastikan tidak ikut serta dalam distribusi BYD, sehingga, kami melihat ada risiko yang memberatkan margin bisnis distribusi dan manufaktur otomotif dalam dua tahun ke depan," sambung Benny.

JPMorgan memprediksi laba bersih setelah pajak Astra akan turun pada dua tahun ini, tepatnya 10% di 2024 dan 6% di 2025. Dalam situasi seperti sekarang, tidak ada alasan bagi investor asing dan domestik untuk memiliki saham ASII, kecuali jika Astra International mampu menaikkan yield dividen. Selama ini, yield dividen saham ASII berkisar antara 6% hingga 7%.

JPMorgan pada minggu lalu kedapatan menjual 27,44 juta saham ASII hingga menyisakan 171,67 juta saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh, aksi yang searah dengan keputusan pemangkasan rating saham ASII menjadi underweight.  Manulife Financial Corp dan Deutsche Bank AG juga menjual ASII masing-masing 21,5 juta dan 14,24 juta.

(wep)

No more pages