Logo Bloomberg Technoz

Sedangkan saham-saham yang jatuh dan menjadi top losers antara lain PT SinergiMulti Lestarindo Tbk (SMLE) yang turun 19,7%, PT Satria Mega Kencana Tbk (SOTS) anjlok 12,1%, dan PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) ambruk 11,2%.

Di Asia, sejumlah indeks saham kompak menapaki jalur hijau. Pada pukul 12.40 WIB, Topix (Jepang) menguat 1,18%, Kospi (Korea Selatan) yang menguat 1,18%, Nikkei 225 (Tokyo) berhasil menguat 0,77%, Hang Seng (Hong Kong) melonjak 0,61%, TW Weighted Index (Taiwan) dengan kenaikan 0,6%, KLCI (Malaysia) terangkat 0,43%, Ho Chi Minh Stock Exchange (Vietnam) terdongkrak 0,26%, dan juga SETI (Thailand) melejit 0,06%.

Sedang indeks saham Asia lainnya terperosok di zona merah, yaitu Shenzhen Comp. (China) turun 2,09%, PSEI (Filipina) terjungkal 0,34% dan Straits Times (Singapura) stagnan 0,01%.

Bursa saham Asia tersengat sentimen positif dari optimisme pasar jelang pertemuan kebijakan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) selama dua hari di pekan ini, yang usai pada Rabu di Washington, AS, investor memberikan peluang yang sama terhadap prospek bahwa The Fed akan mulai menurunkan biaya pinjaman pada keputusan berikutnya, pada Maret.

Pandangan ukuran inflasi yang ditargetkan The Fed hanya naik 2,6% pada Desember dari tahun lalu, jauh lebih baik dari level tertinggi selama empat dekade sebesar 7,1% yang terlihat pada tahun 2022.

Suatu ukuran yang disukai para pembuat kebijakan dari inflasi yang mendasari telah merosot ke laju tahunan paling lambat dalam hampir tiga tahun, dan ukuran ekspektasi inflasi yang diawasi secara luas telah turun sebagai akibatnya. 

Seperti yang diwartakan oleh Bloomberg News, optimisme pasar tersebut membawa pengambil kebijakan Federal Reserve berpotensi akan memangkas suku bunga acuan pada tahun ini.

“Panggung sudah siap bagi The Fed untuk mengambil langkah menuju penurunan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Kami memperkirakan The Fed akan mulai menurunkan kisaran target suku bunga FFR pada Maret sebagai upaya untuk melakukan soft landing,” terang Stuart Paul dan Estelle Ou, Ekonom Bloomberg.

(fad/wep)

No more pages