Saat ini yield SUN/INDOGB acuan terpendek 2 tahun ada di kisaran 6,11%. Sementara untuk ORI024 tenor lebih panjang yakni 6 tahun, imbalan yang ditawarkan masih kalah dibandingkan SUN/INDOGB 5 tahun yang ada di 6,5%.
Potensi capital gain
ORI025 ditawarkan di tengah prospek bunga acuan yang berpeluang turun tahun ini, perkiraan terakhir pada semester 1-2024, seiring potensi penurunan bunga acuan global.
BI rate yang saat ini ada di 6%, diprediksi akan mulai turun pada Juni nanti hingga akhir tahun total sebanyak 100 basis poin menjadi 5%, menurut prediksi analis Citi Indonesia Helmi Arman.
Penurunan BI rate akan menjadi sentimen positif bagi harga obligasi atau surat utang RI. Harga surat utang berpeluang naik yang akan menurunkan tingkat imbal hasilnya.
Dalam perspektif ini, tawaran imbal hasil ORI024 menjadi cukup menarik. Sebagaimana obligasi negara yang lain, ORI024 bisa dilepas di pasar sekunder setelah memenuhi masa pegang (holding periode) sampai 16 April nanti. Ketika seseorang berinvestasi, ia mendapatkan harga par atau 100.
Ketika bunga acuan naik, harga obligasi termasuk ORI025 bisa ikut naik di atas 100. Jadi, ketika seorang investor melepas ORI025 di pasar sekunder di harga lebih tinggi dari par, ia bisa mengantongi keuntungan (capital gain).
Sebaliknya, bila seorang investor memutuskan mempertahankan investasi di ORI024 sampai jatuh tempo (hold to maturity), ia masih bisa menikmati pendapatan tetap di kisaran 6,25% dan 6,4% per bulan selama memegangnya.
Tingkat keuntungan itu masih cukup menarik terutama bila mengacu pada prospek inflasi ke depan yang diprediksi masih akan rendah.
Bank Indonesia mematok target pengendalian inflasi pada 2024-2025 di kisaran 2,5±1% atau​ 1,5%-3,5%. Bila inflasi bisa terkendali di kisaran itu, maka riil interest rate untuk ORI024 sekitar 3,75%-3,9%. Sementara itu, pajak yang dikenakan atas bunga obligasi saat ini juga masih lebih rendah sebesar 15% ketimbang pajak bunga deposito bank yang mencapai 20%.
Sebagai aset investasi, ORI024 tidak steril dari risiko. Risiko yang terang adalah dari naik turun harga obligasi terutama bila pasar tengah tertekan akibat sentimen bunga global maupun domestik. Harga obligasi juga bisa tertekan ketika suplai di pasar surat utang melimpah.
Selain itu, sebagaimana surat utang biasanya, ada risiko gagal bayar atau default dari pihak penerbit atau issuer. ORI024 diterbitkan oleh pemerintah di mana menilik historis, kejadian default atau gagal bayar utang terakhir terjadi pada saat krisis moneter pecah 1998 silam.
(rui/roy)