Logo Bloomberg Technoz

“Jadi, emang banyak awal-awal kayak posting soal Korea misalnya kalau K-Pop, posting idol biasanya suka live malam-malam dan ngobrol sama fansnya, dan itu juga kayak Pak Anies kan komunikasinya dua arah dan emang jarang politik kita kayak gini, menurut kita lucu dan menghibur lah. Nggak cuman orang K-Pop juga, umumnya pasti orang nggangapnya lucu. Balik lagi, anniesbubble ini leluconnya suatu begitu jadi lucu, ada faktor K-pop juga,” tambahnya.

Pengelola akun ini mengaku sudah menyukai K-Pop sejak 2017, namun kini sudah tidak terlalu aktif lagi. Dia mengatakan baru sebulan mengelola akun tersebut dan kini sudah diikuti ratusan ribu followers.

“Dulu, aku suka K-Pop dari 2017 ya, sempat NCT sudah ngga terlalu ikutin lagi terus ikutin sekarang terakhir aespa tapi terus ga ikutin lagi,” ungkapnya.

Proyek yang berawal dari iseng ini kini menjadi alat kampanye yang luar biasa efeknya. Terutama terhadap elektabilitas Anies-Cak Imin. Pada beberapa hasil survei yang dilakukan sejumlah peneliti, elektablitas pasangan ini naik bahkan sekarang sudah mengungguli pasangan calon nomor urut 3 yaitu Ganjar-Mahfud.

Namun, bukan politik namanya kalau berjalan mulus. Pada awal-awal akun ini didedikasikan untuk Anies, serangan-serangan dan pelaporan agar akun ini ditutup secara massive dilakukan. Namun, pengelola akun ini tetap terus bertahan.

“Banyak pro dan kontra, positif ada, negatif juga banyak, aku tetep berusaha terbaiklah misalnya mulai mengembangkan web kan, webnya juga hasil dari omongan 'ini yang ikuti anniesbubble cuma liat jarang liat pola pikir politik, terus harus ada visi misi, nggak cuman mukanya, bukan pas penyampaian di TikTok.’ Nah tujuan saya bikin web itu biar baca visi misi juga,” ujarnya.

Tak hanya @aniesbubble, akun lain juga ada yang mendedikasikan untuk membuat project videotron dan kampanye dengan mobil. Layaknya para fans K-Pop memberikan dukungan kepada idol kesayagan mereka. Sayangnya saat dihubungi Bloomberg Technoz, akun tersebut tidak memberikan tanggapan sampai berita ini diturunkan.

Pihak Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar lewat Jubir Timnas, Irwan Tarigan mengatakan sangat mengaprisiasi para pendukungnya. Mereka mengaku tidak tahu menahu terkait videotron dan foodtruck yang digagas para pendukung.

“Penggagasnya itu dari anak-anak K-Pop. Kita juga kaget kok. Kalau enggak viral, saya aja jubir enggak tau,” ujar Irwan saat dikonfirmasi.

Irwan juga menegaskan segala projek yang dilakukan para pendukungnya tersebut bukanlah dari pihaknya. “Oh iya, masyarakat, anak-anak lagi yang kita pikir mereka nggak sampe pikirannya. 

Projek @aniesbubble. (Sumber: Media Sosial X @aniesbubble)

Karena menurut saya pribadi demi tuhan, saya pikir mereka nggak ngerti apa-apa. Sampai akhirnya viral, dan pak Anies bilang ‘Wah masalah, masalah’ karena kita, saya sudah mendukung pak Anies 2 tahun tapi nggak kepikiran seperti itu, karena kita tahu biayanya besar sekali kan. Apalagi timnya Anies ini buka dari pihak yang berkuasa,” tambahnya.

Seberapa besar pengaruh K-Pop untuk Anies-Muhaimin?

“Iya itu sebenernya sangat luar biasa. Bukan masalah nilainya (uang), tapi nilai semangatnya itu, dan itu sangat mempengaruhi. Karena selama ini yang menggarap [mahasiswa] dan seperti tidak punya ide ya, tetapi setelah K-Pop menginisiasi itu ibaratnya arusnya, arus air bah karena adanya desak Anies. Desak Anies itu kan banyak segmen, dan nggak mudah,” jawab Irwan.

“Pengaruhnya sangat besar, kalau dibilang influence-nya luar biasa. Meng-influence nya dari anak Gen Z itu. Apalagi kalau sampai dihambat. Tahu kan kalau umur segitu kalau dihambat itu justru makin kreatif? Kami lihat makin dihambat justru malah makin kreatif. Dan mereka punya dana lho, ini luar biasa,” tambah Irwan.

Cara kampanye yang menggaet anak muda ini tak hanya dilakukan pasangan Anies-Muhaimin saja. Pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran juga melakukan hal yang sama dengan memunculkan baliho 3D bergambar kartun kedua pasangan, dan goyang gemoy. Tak hanya itu, pasangan nomor urut 3 juga menggunakan banyak cara untuk menarik pemilih Gen-Z, salah satunya menggunakan anaknya, Alam Ganjar, yang mencuri perhatian dengan tampil di beberapa acara.

Ilustrasi Capres Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo (Arie Pratama/Bloomberg Technoz)

Pertanyaan selanjutnya, apakah cara tersebut akhirnya ampuh untuk merebut sekitar 2% pemilih yang belum menentukan pilihan mereka?

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina, Wahyutama mengutarakan penggunaan budaya populer seperti elemen-elemen K-Pop dan konten yang tren di media sosial merupakan strategi yang cukup tepat saat ini untuk menjangkau khalayak luas. 

“Hal ini karena budaya populer diterima secara luas oleh berbagai lapisan masyarakat. Pengemasan politik dalam bingkai budaya populer bisa membuat politik lebih 'approachable’,” ujar Wahyutama.

“Terutama, untuk kalangan muda yang selama ini dianggap apatis, jauh dari politik, atau tidak tertarik pada politik. Pengemasan politik dengan budaya populer yang lebih 'relate' bisa mendekatkan politik kepada kalangan ini,” tambahnya.

Wahyutama menambahkan, meski demikian, kritik terhadap penggunaan budaya populer dalam politik juga ada. Yaitu jika membuat politik sekadar ‘gimmick’ semata untuk menarik perhatian dan membuatnya kosong dari substansi. 

“Namun, untuk kasus penggunaan budaya populer oleh Anies di media sosial, saya melihatnya positif. Karena, tim Anies membuat program-program politik yang relatable bagi generasi muda, namun tetap sarat substansi. Seperti misalnya program Desak Anies atau live TikTok Anies. Di sini budaya kritis dan partisipatif kaum muda justru dimanfaatkan sebagai sarana kampanye. Hal ini patut diapresiasi,” tutupnya.

Dengan asistensi dari Dinda Decembria dan Pramesti Regita Cindy.

(spt/lav)

No more pages