Masih rendahnya penyerapan nikel produksi Indonesia menjadi salah satu pemicu kondisi oversupply atau kelebihan pasokan. Kondisi ini yang membuat harga nikel global jatuh.
Head of Research Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy memprediksi tekanan itu kemungkinan belum bisa mereda hingga akhir tahun ini. Pasalnya, produksi nikel meningkat, tetapi tanpa disertai kenaikan permintaan.
"[Harga nikel] tidak akan kembali lagi ke level yang paling tingginya pada 2022, karena sekarang ini selain oversupply,” ujarnya, dikutip Kamis (25/1/2024)
Di lain sisi, Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merespons soal tudingan rontoknya harga nikel yang disebabkan oleh kelebihan suplai dari Indonesia, sebagai salah satu negara yang kini tengah jorjoran menghasilkan produk hilir komoditas mineral logam tersebut.
Deputi Bidang Promosi dan Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengatakan anjloknya harga pasar nikel global disebabkan oleh 'taktik' negara-negara Eropa yang ingin turut andil dalam rantai pasok nikel dunia, tetapi tak mempunyai sumber daya komoditas itu secara signifikan.
"Misal, mereka sebenarnya punya minyak, tetapi kemudian dia ambil dahulu minyaknya secara maksimal, dia beli minyaknya ke Timur Tengah, dia simpan di negara dia untuk kemudian mengontrol. Dia enggak menghasilkan secara dominan, tetapi begitu market-nya dia ingin harganya dibikin turun, ya dia suplainya tuh cadangan dia," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (23/1/2024).
Harga kontrak berjangka nikel di London Metal Exchange (LME) terus merosot, meskipun banyak perusahaan telah mengumumkan langkah pengurangan produksi.
Harga nikel, logam yang digunakan dalam baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik, turun lebih dari 40% dari tahun lalu di tengah pasokan global yang meningkat. Pasar dibanjiri material baru dari Indonesia, sebagai produsen utama, pada saat pertumbuhan permintaan telah memudar.
Dampaknya terhadap industri pertambangan sangat parah. Pada Senin, dilaporkan Bloomberg, perusahaan tambang nikel milik miliarder Andrew Forrest, Wyloo Metals Pty Ltd, mengumumkan penutupan beberapa tambang.
BHP Group dan First Quantum Minerals Ltd juga terdampak, sementara sejumlah produsen kecil terpaksa menghentikan konstruksi atau bangkrut.
Persediaan nikel di LME telah melonjak hampir 90% sejak Juni, pulih dari level terendah dalam satu dekade.
Nikel LME turun 0,2% menjadi ditutup pada US$16.007 per ton awal pekan ini. Tembaga sedikit berubah pada US$8.345,50 per ton di LME, sementara sebagian besar logam lainnya juga mengalami penurunan.
(dov/wdh)