Dalam laporan kinerja keuangan yang dipublikasikan, jumlah pendapatan MTEL tumbuh 11,8% menjadi Rp6,27 triliun. Kenaikan pendapatan ini sejalan dengan naiknya beban pokok pendapatan mencapai 6,54% menjadi Rp3,2 triliun.
Dengan demikian, laba kotor Perusahaan mencapai Rp3,07 triliun, meroket 18,05%.
Seiring dengan ekspansi yang gencar dilangsungkan, beban umum dan administrasi juga naik 8,46% menjadi Rp198,18 miliar dari sebelumnya Rp182,71 miliar. Beban kompensasi karyawan juga ikut meningkat 6,52% menjadi Rp211,93 miliar, dari sebelumnya Rp198,95 miliar.
Dengan pencapaian tersebut, raihan laba usaha MTEL berhasil menyentuh Rp2,65 triliun, melesat 18,7% secara tahunan dibandingkan sebelumnya Rp2,23 triliun.
Bertumbuhnya laba bersih Mitratel pada Kuartal III-2023, membawa tren yang positif pada rasio profitabilitas. Tercatat, rasio Return on Asset (ROA) menguat menjadi 2,54%, dan Return on Equity (ROE) yang juga kokoh di tren ekspansif menjadi 4,27%.
Sementara Mitratel berhasil mempertahankan total aset di angka Rp56,35 triliun dari setahun sebelumnya Rp56,07 triliun. Total keseluruhan Ekuitas juga stagnan di angka Rp33,45 triliun, dengan total liabilitas sejumlah Rp22,89 triliun.
Mengutip laman Perusahaan, pencapaian tren ekspansif ini didukung penuh oleh peningkatan jumlah menara dan serat optik, yang disertai dengan kenaikan jumlah tenant (Penyewa) dan kolokasi.
“Sejak sebelum Initial Public Offering (IPO) sampai hari ini, kami terus memperbanyak jumlah menara dan serat optik, terutama di kawasan luar pulau Jawa. Kini, kami menikmati hasilnya dalam bentuk pertumbuhan jumlah penyewa dan kenaikan pendapatan," terang Direktur Utama MTEL, Theodorus Ardi Hartoko.
Adapun di sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2023 kemarin Mitratel berhasil membangun 481 menara baru, juga 1.192 menara melalui akuisisi. Sehingga jumlah menara milik MTEL hingga September 2023 mencapai 37.091 menara.
Pencapaian ini membawa Mitratel sebagai perusahaan TowerCo dengan jumlah menara terbanyak di Asia Tenggara.
(fad)