Sejumlah sentimen baik eksternal dan internal sedang dalam bayang-bayang rupiah dan IHSG. Terkini, Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell memberikan sinyal bahwa pihaknya siap untuk mempercepat laju pengetatan moneter.
Powell siap membawa tingkat suku bunga acuan ke level yang lebih tinggi. Dengan catatan jika inflasi AS masih terus bergerak naik.
Powell menyatakan bahwa ekonomi AS ternyata lebih kuat dari perkiraan sebelumnya, sehingga suku bunga harus naik lebih tinggi dari proyeksi. Sejumlah data ekonomi yang akan dirilis pada pekan ini dan pekan depan akan menjadi bahan pertimbangan The Fed, menjelang FOMC meeting pada 21-22 Maret nanti.
Selanjutnya dari internal, rilis data Bank Indonesia (BI) tercatat, penjualan ritel yang dicerminkan dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2023 berada di angka 208,2. Terkontraksi 0,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara bulanan, penjualan eceran mencatat kontraksi sebesar 4,4%, sejalan dengan normalisasi permintaan masyarakat usai Hari Natal dan Tahun Baru.
Sentimen data ekonomi selanjutnya adalah Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Februari 2023 yang tercatat pada angka 122,4. Level optimisme ini menurun dibandingkan Januari 2023. Kala itu, IKK tercatat pada angka 123.
Adapun, IHSG masih bergerak di zona kontraksi pada perdagangan secara year- to-datenya (9/3/2023). IHSG tercatat -1%. Sementara itu, rupiah secara year-to-date penguatannya semakin menipis, tersisa 0,7% dihadapan nilai tukar dolar AS secara point-to-point.
Berikut adalah daftar net buy investor asing sejak awal tahun hingga Kamis (9/3/2023):
1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Rp 1,6 triliun
2. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Rp 1,3 triliun
3. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 1,2 triliun
4. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Rp 492 miliar
5. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Rp 250 miliar
(fad/wep)