Tantangan bagi pasar barang-barang mewah tahun ini masih di seputar penurunan daya beli orang kaya China, yang selama ini menjadi penyumbang besar penjualan branded goods di seluruh dunia. Selain itu, selera belanja orang-orang kaya dunia juga semakin susut di tengah perekonomian global yang masih diliputi keketatan, resesi di beberapa tempat dan penurunan harga properti.
Lanskap ini memberi gambaran bahwa sebagai aset nan eksotis, barang-barang mewah itu pun menyuguhkan risiko sebagai sebuah investasi yang setara dengan potensi cuannya.
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi Anda yang tertarik menjadikan barang-barang mewah sebagai investasi penambang cuan seperti dirangkum oleh Divisi Riset Bloomberg Technoz dari berbagai sumber:
Likuiditas
Sebuah aset seberapapun tinggi kenaikan harganya tidak akan memberi keuntungan nyata apabila tidak bisa diuangkan atau dijual. Ini menjadi hal terpenting bila seseorang ingin menjadikan barang mewah sebagai instrumen investasi. Seberapa mudah barang tersebut dijual kembali atau diuangkan?
Beberapa merek cukup likuid atau mudah dijual kembali biasanya karena pasarnya sudah cukup besar dan mereknya terjangkau. Jam tangan Rolex akan jauh lebih mudah dijual dibandingkan Patek Philippe, misalnya.
Handbag Chanel yang klasik dengan warna netral mungkin akan lebih mudah menemukan penjual di secondary market dibanding Hermès yang tampil lebih rumit. Mengkoleksi jam tangan mewah juga mungkin akan lebih menjanjikan ketimbang koleksi mobil bermerek, misalnya, karena pasar lebih likuid.
Pasar jam tangan bekas dunia diprediksi tumbuh 9% per tahun hingga mencapai US$35 miliar pada 2026, setelah pada 2022 lalu di angka US$ 24 miliar, menurut prediksi Boston Consulting Group, dilansir dari Bloomberg News, beberapa waktu lalu.
Modal Investasi
Namanya barang mewah bermerek, tentu harganya sudah selangit bagi mayoritas orang. Bagi yang meniatkan pembelian sebagai investasi, itu berarti ia perlu merogoh 'modal investasi' yang cukup besar.
Harga sebuah tas tangan legendaris bermerek Hermès yang paling laris, Kelly 25 dengan kulit Togo Retourne, misalnya, sekitar US$10.900 pada 2023 dan di awal tahun ini sudah di US$11.300, di Amerika Serikat, seperti dilansir dari forum tas dan dompet terbesar PurseBlog.
Jadi, pastikan Anda memang punya modal memadai untuk memulai investasi eksotik ini selain memastikan memakai 'uang dingin', di mana ketika ada penurunan nilai atau risiko terburuk, keuangan Anda masih baik-baik saja.
Kena Tipu Barang Palsu
Barang bermerek yang potensial memberikan keuntungan di pasar seken, tidak kalis dari pemalsuan barang. Barang KW, asli tapi palsu, menjadi risiko terbesar yang bisa menjebak seorang investor sehingga gagal menjual dengan harga yang diharapkan.
Pastikan membeli di penjual tepercaya dan menerapkan pengecekan terhadap barang yang hendak dibeli. Barang-barang mewah ini selalu disertai tanda tertentu, semacam sertifikat atau barcode, yang bisa diperiksa untuk memastikan keasliannya.
Prospek Kenaikan Harga
Investasi berarti menempatkan sejumlah aset di sebuat instrumen dengan harapan instrumen itu naik harga dalam periode waktu tertentu ke depan. Seberapa besar prospek kenaikan harga branded goods yang Anda incar?
Analisis yang dilansir oleh Bain dan Citi, seperti diwartakan oleh Financial Times, prospek kenaikan industri barang mewah tahun ini cenderung melambat dibanding tahun lalu dengan perkiraan kenaikan rata-rata sekitar 4%-6%.
Penjualan yang melambat di pasar primer akan berdampak juga di pasar barang bekasnya juga.
Komunitas Penggemar
Menjadikan barang-barang mewah sebagai aset investasi yang bisa memberikan cuan hanya mungkin bila barang-barang tersebut mudah dijual dan memang ada pasarnya.
Anda akan lebih mudah memperjualbelikan barang mewah bila memang tergabung di komunitas yang memiliki ketertarikan serupa.
Anda bisa memanfaatkan beberapa marketplace yang mengakomodasi jual beli barang mewah bekas (preloved) dengan kurasi tepercaya. Seperti Banananina atau Tinkerlust, Hunstreet, dan lain sebagainya.
(rui/aji)