Hermès, Rolex, Chanel, Berburu Cuan Investasi Barang Mewah
Tim Riset Bloomberg Technoz
26 January 2024 16:00
Bloomberg Technoz, Jakarta - Menyukai dan mengoleksi barang-barang mewah bermerek sudah jamak dilakukan orang-orang berduit sejak dulu kala. Tas berharga miliaran rupiah, jam tangan dengan banderol setara harga rumah, belum ditambah jajaran mobil prestius hingga kapal pesiar, sering kali menjadi bagian tak terpisahkan dari pernyataan status sosial seseorang.
Pergerakan harga yang menawarkan peluang untung di tengah suplai yang eksklusif, berkebalikan dengan mass product, kerap menggeser motif dari yang semula sekadar suka menjadi instrumen baru penambang cuan. Namun, adakah berinvestasi di barang-barang mewah bisa memberikan untung yang besar, setidaknya dibandingkan instrumen investasi konvensional seperti saham, surat utang maupun properti?
Sebagaimana aset lain yang diperjualbelikan, barang mewah juga ada pasang surutnya. Ketika pandemi Covid-19 pecah beberapa tahun lalu, harga jam tangan mewah di pasar dunia seperti Rolex, Patek Philippe dan Audemars Piguet mencetak reli kenaikan. Pandemi berakhir, harganya ikut merosot seiring perlambatan ekonomi global akibat inflasi tinggi yang dipicu disrupsi rantai pasok dunia.
Bloomberg Subdial Index, indeks yang mengukur pergerakan harga 50 jam tangan Swiss, menyentuh level terendah dalam dua tahun terakhir pada November lalu.
Kajian Bloomberg Intelligence yang dilansir 23 Januari memperkirakan, tahun 2024 akan cukup berat bagi merek-merek barang mewah setelah performa saham pada 2023 mencatat penurunan kinerja, terutama karena kinerja barang mewah di kelompok entry level. Sedangkan merek-merek kesohor (heritage names) naik 8%. Capaian itu membayangi performa kelompok barang mewah dunia setidaknya sampai semester 1-2024.