Bloomberg Technoz, Jakarta - Pasar surat utang domestik terbebani sentimen negatif dari peningkatan ketidakpastian politik jelang Pemilu 2024 ditambah isu panas rencana undur diri sejumlah menteri yang telah menyeret rupiah beberapa hari terakhir.
Namun, meski isu itu masih memberatkan pasar, prospek surat utang atau pasar obligasi Indonesia ke depan masih akan lebih banyak disetir oleh arah kebijakan bunga acuan oleh Bank Indonesia, menurut penilaian analis.
Ekonom Citi Indonesia Helmi Arman memberikan rekomendasi beli untuk surat utang RI seiring dengan prospek penurunan BI rate sebesar 100 basis poin tahun ini yang diprediksi akan mulai dilakukan Juni nanti, seperti dilansir oleh Bloomberg News, Jumat (26/1/2024).
Isu undur diri Menteri Keuangan memang menjadi kewaspadaan para investor saat ini karena mengamplifikasi pertanyaan akan keberlanjutan kebijakan fiskal Indonesia ke depan. Perubahan terhadap rezim fiskal yang ada bisa mempengaruhi penilaian atas prospek suplai surat utang pada 2025 dan selanjutnya, berikut outlook perekonomian RI ke depan.
Meski demikian, menurut ekonom Citi, menjadi terlalu dini menilai akan ada perubahan dalam kebijakan fiskal Indonesia. "Arah kebijakan fiskal Indonesia akan lebih jelas terlihat setelah pemerintahan baru terbentuk pada Oktober nanti," kata Helmi dalam catatannya.
Pasar surat utang kemarin dilanda tekanan ketika pelaku pasar dikejutkan oleh isu rencana pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani seiring makin panas kabar keretakan kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo, di tengah tensi politik domestik yang kian tinggi jelang Pemilu 2024.
Arus jual surat utang berlangsung terutama untuk tenor menengah 5 tahun yang imbal hasilnya naik hingga 8 basis poin.
Sampai siang hari ini, tekanan masih tersisa di pasar surat utang di mana berdasarkan data Bloomberg, mayoritas kurva mencatat kenaikan yield, dipimpin oleh SUN-3 tahun naik 3 basis poin, sedang SUN-10 tahun naik tipis 0,8 basis poin. Sebaliknya SUN-5 tahun mencatat rebound dan turun 0,5 basis poin.
Tekanan juga masih terlihat di pasar saham yang kehilangan 0,92% sampai pukul 11:30 WIB, bergerak di kisaran 7.111,84.
Tekanan di pasar saham dan surat utang berlangsung bahkan ketika rupiah perlahan pulih.

Rupiah yang dibuka melemah tadi pagi mendekati Rp15.850/US$, siang ini terlihat bangkit dan sampai pukul 11:24 WIB, rupiah berhasil menguat tipis 13 basis poin ke Rp15.813/US$, sejalan dengan mayoritas mata uang Asia yang kompak menguat sejauh ini kecuali yuan China dan offshore.
(rui/aji)