Logo Bloomberg Technoz

Produk berikutnya adalah surat utang atau obligasi. Ketika investor berinvestasi pada produk ini, artinya investor meminjamkan dananya ke sebuah korporasi atau pemerintah. Dalam hal ini, peminjam berjanji akan mengembalikan dana tersebut dengan tambahan bunga yang telah ditetapkan sebelumnya.
 
Surat utang merupakan salah satu efek yang tercatat di BEI. Terdapat dua pihak penerbit surat utang, yaitu perusahaan dan negara. Surat utang yang diterbitkan perusahaan (korporasi) biasa dikenal dengan istilah obligasi, sementara surat utang yang diterbitkan oleh negara biasa dikenal dengan SBN (Surat Berharga Negara). Obligasi ada berbagai macam jenis, yaitu surat utang jangka menengah, atau jangka panjang yang dapat dipindahtangankan, yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.  

Setiap harinya harga pasar wajar efek bersifat utang di Indonesia dinilai dan ditetapkan oleh PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI). Data harga pasar wajar atas efek bersifat utang yang diterbitkan oleh PHEI yang digunakan oleh industri keuangan sebagai acuan transaksi efek bersifat utang.

Keuntungan membeli surat utang atau obligasi korporasi adalah capital gain seperti saham, yaitu ketika harga instrumen ini naik melebihi harga beli investor. Keuntungan lain yang diperoleh berupa kupon atau bunga obligasi yang dibayarkan setiap semester, kuartal, ataupun tiap bulan, tergantung kebijakan masing-masing penerbit. Keuntungan lain, dalam jangka waktu tertentu saat jatuh tempo, pemegang obligasi akan mendapatkan 100% dari nilai pokok atau nominal obligasi. 

Risiko investasi obligasi adalah capital loss dari transaksi perdagangan di BEI. Hal ini terjadi apabila perusahaan tidak mampu membayar bunga obligasi (default) dan tidak mampu membayar pokok obligasi (gagal bayar) saat perusahaan jatuh tempo akibat kinerja perusahaan yang tidak baik. Salah satu cara untuk mengukur risiko ini adalah dengan memperhatikan rating perusahaan penerbit obligasi. Sebelum perusahaan menerbitkan obligasi, mereka wajib mencantumkan rating yang diberikan oleh lembaga rating independen. Semakin tinggi rating menunjukkan semakin rendah risiko gagal bayar. Sementara itu, SBN dianggap tidak memiliki risiko gagal bayar (zero risk).

Produk berikutnya adalah reksa dana dan atau Exchange-Traded Fund (ETF), artinya investor membeli sekumpulan saham, surat utang, ataupun campuran antara keduanya. Reksa dana atau ETF dapat dianggap lebih rendah risikonya daripada membeli saham. Setidaknya saat ada harga saham yang turun dalam portfolionya, nilai investasi investor belum tentu turun karena produk ini sudah terdiversifikasi.

Reksa dana dikelola oleh manajer investasi yang profesional. Jadi investor tinggal membeli unit reksa dana dan mengamati naik turunnya harga unit reksa dana yang diumumkan setiap hari. Nantinya manajer investasi akan mengelola dana investor dengan memilih saham-saham dan obligasi yang menurut analisanya sesuai dengan target return dan melakukan transaksi pada waktu yang dianggap tepat.

Reksa dana juga bisa dibeli dengan nilai yang relatif terjangkau. Berbeda dengan saham yang mana kita harus membelinya minimal sebanyak satu lot, untuk membeli reksa dana kita dapat mengeluarkan modal hanya sebesar Rp100.000 saja. Modal atau nilai investasi tersebut kemudian dibagi dengan harga per unit reksa dana pada hari pembelian, sehingga investor akan mendapatkan sejumlah unit. Jika harga per unit reksa dana Rp1.000 misalnya, maka dengan Rp100.000 akan memperoleh 100 unit reksa dana.

Produk pasar modal lainnya adalah produk derivatif seperti waran, kontrak opsi saham, DIRE, DINFRA, pinjam memimjam efek, dan lainnya. Produk-produk tersebut perlu dipelajari terlebih dahulu oleh investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi, terutama risiko dari produk-produk investasi tersebut. 

(tim)

No more pages