Turbulensi yang menerpa rupiah dan pasar surat utang itu berpangkal dari semakin kuatnya isu mundur sejumlah menteri di kabinet, termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang membuat pelaku pasar keuangan semakin gugup.
"Di tengah gejolak politik, menjelang Pemilu, hal ini bukanlah kabar baik bagi investor," kata Wisnu Varathan, Kepala Ekonomi dan Stratehi Mizuho Bank, seperti dilansir oleh Bloomberg News.
Intervensi BI
Bank Indonesia mengambil langkah cepat melihat rupiah menghadapi tekanan dengan melakukan intervensi ke pasar spot, pasar NDF domestik dan pasar surat utang untuk menenangkan pasar.
"BI ada di pasar untuk memastikan keseimbangan permintaan dan penawaran valas tetap terjaga. Pelemahan rupiah masih terkendali," kata Edi Susianto, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia.
BI sudah berjaga-jaga di pasar sejak perdagangan Rabu ketika rupiah mendapatkan tekanan besar, terutama karena sentimen global jelang rilis data Amerika Serikat. Ketika itu rupiah melemah bersama-sama mata uang Asia lain meski mencatat pelemahan terburuk karena dibebani juga dengan sentimen politik dalam negeri.
Sementara hari ini, pelemahan rupiah cenderung anomali ketika valuta peers masih mampu menguat seperti ringgit Malaysia yang masih naik tipis 0,02%, won Korea Selatan 0,04% dan dolar Taiwan 0,15%. Rupee India juga masih menguat 0,02% disusul dolar Hong Kong.
Pelemahan rupiah masih yang terburuk di Asia disusul baht Thailand yang tergerus 0,15%, dong Vietnam 0,09%, peso Filipina 0,02% dan yuan China 0,07% sampai siang ini.
(rui/aji)