Logo Bloomberg Technoz

Itu tercermin dari penetrasi penjualan EV yang masih sekitar 1% dari total penjualan baik mobil atau motor listrik.

"Di satu sisi, pasokan yang melimpah bisa mendatangkan devisa jika di ekspor. Di sisi lain, jika pasokan tidak terserap dengan baik, oversupply akan berlanjut," jelas Robertus.

Serbuk baterai dari nikel./Bloomberg-SeongJoon Cho

Dia menambahkan, tidak adanya lembaga yang mengatur pasokan dan permintaan nikel selayaknya OPEC untuk komoditas emas turut memperburuk keadaan.

"Dengan demikian, ke depan [nikel] masih sangat ditentukan oleh mekanisme pasar dan ambisi. Ambisi dari beberapa negara seperti misalnya Indonesia atau Filipina untuk bisa terus meningkatkan produksi nikel yang menurut kami dampaknya juga cenderung negatif," tutur Robertus.

Pabrik Nikel Tutup

Harga nikel berjangka terus melemah di London Metal Exchange, meskipun ada banyak pengumuman dari perusahaan-perusahaan yang memangkas produksi, sebagai respons terhadap jatuhnya harga.

Harga logam yang digunakan dalam baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik ini turun lebih dari 40% dibandingkan dengan tahun lalu, di tengah meningkatnya kelebihan pasokan global. Pasar telah dibanjiri dengan gelombang material baru dari produsen terkemuka di Indonesia, ketika pertumbuhan permintaan merosot.

Dampaknya terhadap industri pertambangan sangat parah. Dilansir dari Bloomberg, pada hari Senin (23/1/2024), produsen nikel milik miliarder Andrew Forrest, Wyloo Metals Pty Ltd, mengatakan pihaknya menutup tambang. 

BHP Group dan First Quantum Minerals Ltd. juga terkena dampaknya, sementara sejumlah produsen kecil terpaksa menghentikan konstruksi atau jatuh ke tangan pemerintah.

Produk turunan nikel, mixed hydroxide precipitate (MHP), produksi Harita Nickel./Bloomberg-Dimas Ardian

“Tekanan di pasar nikel global menjadi makin nyata,” kata Colin Hamilton, Direktur Pelaksana Riset Komoditas BMO Capital Markets Ltd.

“Kami telah mencatat bahwa pengurangan kapasitas sementara atau permanen diperlukan untuk menyeimbangkan pasar nikel setelah surplus tahun lalu, namun masih belum terlihat apakah penyesuaian yang memadai telah dilakukan,” katanya.

Persediaan nikel telah melonjak hampir 90% sejak bulan Juni di London Metal Exchange, pulih dari level terendah dalam satu dekade.

Harga nikel LME turun 0,2% menjadi US$16,007 per ton pada Senin. Tembaga sedikit berubah pada US$8,345.50 per ton di LME, sementara sebagian besar logam lainnya juga menurun.

Bukan Hanya Karena RI

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga menolak tudingan bahwa oversuplai dari Indonesia adalah penyebab anjloknya harga nikel di tingkat global saat ini.

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengeklaim produksi nikel dalam negeri masih tetap memperhatikan suplai dan permintaan, sehingga tidak bisa dituduh sebagai penyebab turunnya harga nikel dunia.

"Ya enggak lah. Kita kan tetap memperhatikan supply-demand," ujar Irwandy saat ditemui, baru-baru ini.

Harga nikel, yang digunakan untuk membuat baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik memang telah merosot hingga 45% sepanjang tahun lalu. 

Hal itu di klaim didorong oleh membanjirnya pasokan murah dari Indonesia, yang dinilai akan mengancam dan mengganggu industri produk olahan nikel.

Menyitir laman London Metal Exchange (LME) pada penutupan Senin (22/1/2024), harga nikel tercatat berada di US$16.036 atau anjlok 0,74% dari penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Sementara, pakar ekonomi energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi berpendapat Indonesia justru menjadi negara yang sebelumya berpengaruh terhadap kenaikan harga nikel ketika memberlakukan kebijakan pelarangan ekspor bijih nikel ke luar negeri

"Saat Indonesia melarang ekspor bijih nikel, itu sempat menaikkan harga karena kekurangan suplai tadi. Namun, seiring dengan berjalan seiring waktu, ada keseimbangan, sehingga itu biasa, fluktuasi harga di pasar," ujarnya.

Fahmy menilai salah satu faktor yang menyebabkan anjloknya harga nikel dunia saat ini justru disebabkan oleh negara-negara Eropa, sebagai imbas dari pengaruh kebijakan Indonesia yang diterapkan pada 2020.


(mfd/dhf)

No more pages