Menurutnya, Indonesia pernah mencatatkan nilai inflasi dibawah 3%, hingga surplus ekspor 44 bulan berturut-turut karena hilirisasi.
“Pernah inflasi di bawah 3%, kan baru sekarang, pernah 44 bulan surplus ekspor baru sekarang, itu karena apa? ya hilirisasi. Kita bisa mengelola masih tumbuh 5%, kita juga masih berupaya di atas 5-6% hingga 2030,” ujar Luhut.
Adapun, sebelumnya Luhut menjelaskan mengenai anggapan Tesla yang sudah tidak menggunakan baterai berbahan dasar nikel, melainkan disebut sudah banyak yang menggunakan baterai dengan komponen lithium fero phosphate (LFP).
“Tidak benar pabrik Tesla di Shanghai pakai 100% LFP, untuk mobil listriknya. Mereka masih pakai nikel base battery. Memang ada yang pakai LFP, karena penelitian LFP masih berkembang,” jelasnya.
Luhut mengatakan bahwa dimasa mendatang terdapat kemungkinan nikel akan berkurang penggunaannya. Oleh karena itu, ia menyerukan untuk terus melanjutkan program hilirisasi agar nantinya Indonesia tidak terus bergantung dari material mentah yang akan di ekspor.
“Nah, sekarang kalau kita lihat hilirisasi kita di katoda dan banyak lagi bagian dari lithium baterai kita sudah sangat maju. Yang membuat ekspor kita tidak hanya bergantung lg dr raw materialnya tadi,” tutup Luhut.
(azr/spt)