Sementara itu, untuk mobil yang sudah umum mengaspal di Indonesia adalah Hyundai Ioniq 5 yang menggunakan baterai tipe NMC. Ioniq 5 dibanderol dari harga Rp682 juta sampai Rp800 juta untuk tipe tertinggi. Ada beberapa varian kapasitas baterai Ioniq 5 dengan jarak tempuh antara 384 km sampai 481 km
Adapun untuk deretan mobil listrik yang menggunakan Lithium Ferro Phosphate (LFP) ditanamkan untuk mobil listrik buatan raksasa otomotif China. Dari Wuling, BYD, Chery dan Tesla.
Harga mobil listrik Wuling dibanderol dari harga Rp206 juta hingga Rp424 juta. Kalau mobil buatan BYD dijual dengan harga kisaran Rp400 jutaan.
Bahlil Lahadalia mengatakan penghiliran nikel mampu mendongkrak nilai ekspor Indonesia dari Rp30 triliun menjadi Rp510 triliun. Jadi tidak betul bahwa LFP sudah mendominasi.
"Tesla sebagian masih pakai nikel. Jangan omon-omon saja, bahaya ini negara. Saya takut kita memberikan data tidak valid dan merusak tatanan pemahaman kepada rakyat," tegas Bahlil.
LFP Vs Nikel mana lebih unggul
Dilansir melalui situs resmi Aichelin Group, setidaknya terdapat 5 perbedaan antara baterai berbasis LFP dan nikel.
1. Keamanan dan Stabilitas Termal
Baterai LFP memiliki reputasi untuk keamanan dan stabilitas termal yang unggul karena struktur kimia LiFePO4 yang kuat.
Bahan ini tidak terlalu rentan terhadap pelepasan panas (thermal runaway) dan pembakaran. Perlu diketahui, thermal runaway adalah kondisi di mana reaksi kimia baterai menimbulkan panas yang terus bertambah. Dengan demikian, LFP dinilai lebih aman khususnya dalam aspek termal.
Sementara itu, baterai Nickel Manganese Cobalt (NMC), meskipun secara umum aman, tidak memiliki stabilitas secara termal seperti baterai LFP. Sistem manajemen termal yang tepat sangat penting untuk mencegah panas yang berlebihan dan memastikan keamanan NMC.
2. Siklus Hidup
Baterai LFP menawarkan siklus hidup yang jauh lebih lama, membuatnya ideal untuk mobil listrik yang mementingkan aspek daya tahan dan umur panjang.
Di lain sisi, Baterai NMC tidak tahan lama seperti baterai LFP. Kendati demikian, baterai NMC memiliki masa pakai yang baik dan cocok digunakan seperti kendaraan listrik dan elektronik konsumen.
3. Kepadatan Energi
Dalam aspek kepadatan energi, baterai NMC lebih unggul dibandingkan dengan LFP. Sebab, baterai NMC memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi, memungkinkan desain yang ringkas dan ringan dalam elektronik portabel dan kendaraan listrik.
Hal ini menjadi keuntungan yang signifikan ketika terdapat permasalahan keterbatasan ruang dan berat.
Baterai LFP, meskipun tidak terlalu padat energi, memiliki keamanan dan masa pakai siklus yang panjang, membuatnya lebih disukai.
4. Dampak Lingkungan
Baterai LFP dianggap lebih ramah lingkungan karena bahan bakunya yang tidak beracun dan mudah tersedia. Mereka tidak bergantung pada kobalt dan nikel, yang memiliki masalah etika dan lingkungan yang terkait dengan penambangannya.
Baterai NMC, terutama yang mengandung kobalt, menghadapi tantangan lingkungan dan etika. Namun, penelitian yang sedang berlangsung difokuskan pada pengembangan varian NMC bebas kobalt untuk mengatasi masalah ini.
5. Biaya
Baterai LFP umumnya lebih hemat biaya dalam hal biaya per siklus, membuatnya menarik untuk diaplikasikan pada mobil listrik yang mementingkan efisiensi biaya jangka panjang.
Sementara itu, baterai NMC cenderung lebih mahal khususnya dengan kepadatan energi yang lebih tinggi. Namun, kinerja dan ukurannya yang ringkas membuatnya lebih hemat biaya.
(spt/dba)