Berbicara di India pada Kamis (09/03/2023) Albanese mengkonfirmasi pertemuan AUKUS Senin pekan depan dan mengatakan Australia akan memutuskan semua keputusan terkait armada barunya saat mereka siap, terlepas dari asal kapalnya.
“Australia akan benar-benar mempertahankan kedaulatan kami, kedaulatan mutlak kami, 100%, itu sangat penting,” katanya.
China mengkritik ketiga negara tersebut atas rencana tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan pada Kamis dalam konferensi pers reguler di Beijing bahwa mereka harus “melakukan lebih banyak hal yang kondusif bagi perdamaian dan stabilitas kawasan.”
Pengumuman tersebut menandai tonggak sejarah dalam perjanjian tiga negara yang dimaksudkan untuk melawan peningkatan kekuatan angkatan laut China di kawasan Asia-Pasifik ini. Perjanjian tersebut, yang ditandatangani pada September 2021, melibatkan ketiga negara yang berbagi kemampuan militer rahasia untuk memungkinkan Australia membangun dan menggunakan kapal selam bertenaga nuklir.
Australia saat ini mengoperasikan enam armada kapal selam Collins Class konvensional yang ditenagai oleh generator diesel, yang ditugaskan antara tahun 1996 dan 2003. Pemerintah Australia dalam dekade terakhir telah berusaha untuk menemukan pengganti armada, sebelum menetapkan rencana untuk memperoleh kapal selam nuklir di bawah perjanjian AUKUS tersebut.
“Masuk akal untuk menempatkan beberapa kapal selam AS di Australia sebagai cara untuk membangun kapasitas pelatihan dan pemeliharaan yang dibutuhkan di Australia,” kata Bryan Clark, mantan personel kapal selam angkatan laut yang sekarang menjadi direktur Pusat Konsep dan Teknologi Pertahanan di Hudson Institute.
“Kapal-kapal selam akan lebih dekat ke Pasifik Barat dan Samudra Hindia, yang membantu keberadaan kapal selam AS di sana.”
Pengumuman pakta AUKUS tersebut pada tahun 2021 mengecewakan Prancis, yang sebelumnya merencanakan proyek untuk membangun kapal selam non-nuklir dengan Australia dan kemudian
Dalam pidatonya di bulan Februari, Albanese menyebut AUKUS itu sebagai “lompatan terbesar dalam kemampuan pertahanan kami dalam sejarah kami.” Dia menggambarkan kesepakatan Australia-Inggris-AS itu sebagai "masa depan", dan mengatakan Australia telah lama mengetahui bahwa "kemitraan dan aliansi adalah kunci keamanan” mereka.
Pemerintah China telah menyuarakan penolakan keras terhadap kesepakatan tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan pada Februari bahwa hal itu akan memicu "konfrontasi militer" di wilayah tersebut.
“Dengan meningkatkan kemampuan dan kehadiran di kawasan, AUKUS dimaksudkan untuk menantang superioritas militer lokal Beijing, menciptakan lebih banyak tantangan operasional bagi China, melemahkan tindakannya yang semakin agresif, dan pada akhirnya membantu menstabilkan kawasan tersebut,” kata Charles Edel, Ketua Australia di Pusat Kajian Strategis dan Internasional.
--Dengan asistensi Ben Westcott dan Colum Murphy.
(bbn)