Sebagai gantinya, BYD akan menginvestasikan US$1,3 miliar atau setara sekitar Rp20,1 triliun untuk membangun pabrik dengan kapasitas produksi 150.000 unit per tahun.
Bahana Sekuritas memiliki pandangan senada. Penetrasi mobil listrik diperkirakan semakin besar dua atau tiga tahun mendatang.
Bahana melihat kehadiran BYD ke pasar Indonesia akan meningkatkan persaingan di antara para pemain otomotif. ASII, dengan pangsa pasar terbesar di sektor otomotif Indonesia, mungkin menghadapi lebih banyak tantangan dalam mempertahankan posisinya di tengah persaingan yang semakin ketat tersebut.
Mulai Kurang Menguntungkan
Segmen roda dua Astra International (ASII) selama ini lebih menguntungkan dibanding roda empat grup. Namun, situasi ini juga bisa segera berubah.
Pasalnya, segmen kendaraan roda dua tengah diselimuti sentimen kenaikan pajak motor non-elektrik.
Astra International (ASII) melalui Astra Honda Motor (AHM) sejauh ini hanya memiliki satu varian motor listrik, yakni Honda EM1 yang harganya mencapai Rp40 juta.
Pada saat yang sama, persaingan motor listrik sudah mulai ramai dan AHM perlu menghadapi gempuran pesaing dengan harga yang lebih murah.
Benny memperkirakan, tren penurunan harga saham ASII masih berpotensi berlanjut meski untuk jangka pendek.
Pasalnya, performa saham ASII yang lebih lemah dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang bulan ini belum sepenuhnya mencerminkan sentimen dari BYD.
Mempertimbangkan sentimen itu, Benny menurunkan rekomendasi saham ASII menjadi underweight dari sebelumnya neutral. Target harga darinya Rp4.650/saham.
(mfd/dhf)