Indonesia belum lama ini menarik investasi pabrik raksasa atau gigafactory baterai kendaraan listrik dari CATL dan LGES.Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan total nilai penanaman modalnya lebih dari US$10 miliar.
Di sisi lain, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya mengingatkan agar pabrikan baterai kendaraan listrik di Indonesia tidak boros menggunakan cadangan nikel di dalam negeri, meski saat ini jumlahnya masih dalam batas aman.
Arifin mengatakan saat ini cadangan nikel di Indonesia mencapai 5,3 miliar ton, sedangkan potensi cadangannya menembus 17 miliar ton.
“Jadi kalau pemakaian produksi setahun, kan dibagi antara limonite dan saprolite. Kita rata-ratakan saja, kalau [cadangan] 5 miliar ton ini, kalau dengan kapasitas [pengolahan] yang sama, [masih cukup untuk] 15 tahun. Namun, kalau bisa kembangkan potensi yang ada, cadangan kita bisa lebih panjang,” ujarnya.
Selama potensi nikel di dalam negeri belum tereksplorasi maksimal, Arifin mengingatkan agar penggunaan cadangan eksisting tidak dihambur-hamburkan agar tidak habis dalam 15 tahun ke depan.
“Nah, ke depan kan industri baja ini bisa ada industri recycle, bisa top up [cadangan nikel] sehingga makin panjang lah. Cuma kita jangan boros,” tegasnya.
(wdh)