Logo Bloomberg Technoz

Pengungkapan ini muncul ketika terdapat keraguan terkait perubahan haluan China pasca-Covid, yang membantu memicu kekalahan pasar dan menghantam sebagian besar ekonomi nomor dua di dunia.

Nilai pasar Alibaba telah hilang lebih dari 40% nilai selama setahun terakhir, dan relatif kalah bersaing dengan rival e-commerce asal China lain PDD Holdings Inc. Alibaba juga melakukan berbagai upaya, termasuk  perombakan manajemen demi memperbaiki posisi usahanya.

Reli di AS pada hari Selasa bertepatan dengan kenaikan 5% pada indeks utama saham-saham China yang terdaftar di AS, setelah Beijing menyatakan kesiapannya menggelontorkan paket penyelamatan pasar senilai US$278 miliar (sekitar Rp4.309 triliun).

Kejatuhan saham Chinayang tercermin dari Indeks CSI 300. (Dok: Bloomberg)

Apa yang terjadi di Alibaba, termasuk keluarnya mantan Chief Executive Officer Daniel  (CEO) secara mengejutkan, mendorong spekulasi bahwa Ma sendiri mungkin akan terlibat lebih jauh di perusahaan. 

Jack Ma selaku pendiri Alibaba dalam beberapa bulan terakhir ini telah meningkatkan aktivitas publik, meskipun masih jauh berbeda dengan hari-hari ketika ia masih sering hadir di berbagai konferensi global.

“Ini bisa menjadi ikonik karena citra Jack Ma dan dapat meningkatkan kepercayaan pasar dalam jangka pendek. Dan ini akan menjadi pembelian pertama oleh Jack Ma sejak delapan tahun yang lalu,” kata Willer Chen, seorang analis di Forsyth Barr Asia Ltd.

“Bagi Alibaba, pertanyaan utamanya adalah bagaimana perusahaan ini akan bersaing dengan PDD dan mendapatkan kembali pertumbuhannya.”

Sebagai pengusaha paling terkenal di China, Jack Ma pada bulan November menuliskan pesan kepada para karyawan lewat memo internal. Ia meminta Alibaba agar “memperbaiki arahnya” dan secara khussu memuji pencapaian PDD.

PDD, yang juga dikenal dengan nama Pinduoduo, telah menggeser pangsa pasar, bersama e-commerce Temu.  Dengan posisi hari ini Jack Ma menegaskan bahwa Alibaba harus lebih bekerja keras dan punya tekad  bertumbuh. Belum diketahui jelas apakah langkah Jack Ma, yang pertama kali dilaporkan oleh New York Times, menandai perubahan sikapnya yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Jack Ma sebelumnya secara bertahap menjual sahamnya di Alibaba dan lebih fokus pada proyek sendiri, termasuk filantropi. Dia mengungkapkan rencana untuk melepas 10 juta saham senilai sekitar US$870 juta (Rp13,48 triliun) pada 21 November, menurut pengajuan tahun lalu.  

Namun, pembelian kembali saham Alibaba oleh Jack Ma ini terjadi pada saat perusahaan berada di fase  kritis — padahal  i perusahaan pernah menduduki posisi puncak di China  dan bertengger di antara perusahaan-perusahaan terbesar di dunia berdasarkan nilai pasar.

Tsai dan CEO baru Eddie Wu tengah bekerja membenahi Alibaba setelah serangkaian kesalahan langkah dan pengawasan regulasi mengikis dominasinya. Alibaba sebagai ikon perusahaan China, yang telah mengalami volatilitas konsumsi pasca-Covid dan tindakan keras Beijing selama bertahun-tahun, sekarang harus bersaing dengan para pesaingnya termasuk PDD dan ByteDance Ltd.

Restrukturisasi Alibaba. (Dok: Bloomberg)

Tahun lalu, Alibaba meluncurkan rencana untuk spin-off menjadi enam bagian - kemudian menariknya kembali sambil mengeluarkan Zhang. Perusahaan ini membatalkan pemisahan divisi cloud senilai US$11 miliar yang diinginkan oleh beberapa investor, dan menyatakan bahwa Alibaba membutuhkan “pengaturan ulang”.

Blue Pool Management milik Tsai membeli hampir dua juta saham Alibaba yang diperdagangkan di AS pada kuartal keempat, senilai sekitar US$152 juta (sekitar Rp2,35 triliun), menurut pengajuan tersebut. 

Rencana ini merupakan pertama kalinya dana Tsai ditujukan untuk membeli saham Alibaba, setidaknya sejak kuartal terakhir 2017, menurut tinjauan pengajuan peraturan.

Jack Ma, yang melepaskan perannya sebagai Chairman pada tahun 2019, tetapi masih menjadi pemegang saham utama, membeli saham senilai US$50 juta pada kuartal tersebut, The Times melaporkan, mengutip seseorang yang mengetahui hal tersebut.

“Hal ini akan memicu aksi short-covering, tetapi investor jangka panjang mungkin tidak akan masuk. Likuiditas jangka panjang hanya akan kembali jika ada perbaikan dalam prospek pendapatan dan penurunan risiko kebijakan,” pungkas Steven Leung, direktur eksekutif UOB Kay Hian.

(bbn)

No more pages