Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga nikel terjun bebas sepanjang awal tahun ini, di tengah isu kelebihan suplai (oversupply) dunia terhadap komoditas mineral logam itu akibat dibanjiri pasokan yang melimpah dari produsen utama, termasuk Indonesia, saat permintaan merosot. Tren koreksi harga nikel berimbas ke emiten di Bursa Efek Indonesia siang ini.

Pada Rabu (24/1/2024) pukul 11.30 WIB, harga saham emiten nikel berguguran. Dalam pantauan, saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) ambles 6,06% ke posisi Rp620/saham.

Kemudian saham PT Harum Energy Tbk (HRUM), emiten yang terus memperluas bisnis pertambangan nikel ikut melemah 4,04% ke posisi Rp1.185/saham. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) drop 2,79% ke posisi Rp1.565/saham.

Pergerakan Harga Saham MBMA pada Rabu 24 Januari (Bloomberg)

Senada dengan kontraksi yang terjadi pada saham nikel, PT Pam Mineral Tbk (NICL) turun 0,98% ke posisi Rp202/saham, juga dengan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) terdepresiasi 0,52% ke posisi Rp940/saham.

Berikutnya saham PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) dan saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih sulit untuk melaju, di mana masih bergerak stagnan sama dengan harga penutupan kemarin, yang masing-masing ada di harga Rp366/saham dan Rp3.940/saham.

Kemarin, Selasa (23/1/2024), harga nikel di London Metal Exchange (LME) ditutup di US$ 16.306/ton. Turun 1,8% secara point-to-point di awal tahun 2024. 

Bahkan, dalam setahun ke belakang, harga nikel jatuh mencapai 44%.

Penyebab kejatuhan harga nikel utamanya dari pasokan yang melimpah. Melansir data terbaru dari International Nickel Study Group (INSG), neraca perdagangan nikel pada November 2023 mencatat surplus 35.300 metrik ton. Melejit mencapai 352,56% dibandingkan dengan surplus setahun sebelumnya.

Dalam 11 bulan pertama 2023, neraca nikel surplus 212.500 metrik ton. Melonjak 164,96% dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Pergerakan Harga Nikel dalam 1 Tahun dengan Indikator Teknikal (Bloomberg)

Sementara Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook terbitan Oktober 2023 menyebut harga nikel diperkirakan akan makin anjlok hingga menyentuh 10% pada 2024. Melanjutkan koreksi yang terjadi sejak tahun lalu.

“Harga nikel jatuh 9% pada Kuartal III-2023 dibandingkan kuartal sebelumnya karena perlambatan permintaan baterai di China dan kuatnya pasokan, terutama dari Indonesia (yang berkontribusi lebih dari 50% terhadap pasokan dunia). Pada saat yang sama, perkembangan teknologi membuat banyak perusahaan yang beralih ke baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) yang tidak membutuhkan nikel. Harga nikel diperkirakan turun 10% pada 2024 seiring produksi di Indonesia dan Filipina terus tumbuh,” papar laporan tersebut.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), nikel memang masih Bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 40,15. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam tren Bearish.

Sedangkan indikator Stochastic RSI berada di 20,91. Ini makin memberi konfirmasi Bearish, dan bahkan belum masuk area jenuh jual (Oversold).

Dalam waktu dekat, ada harapan harga nikel bisa mencetak technical rebound mengingat koreksi yang sudah cukup dalam. Target resistance terdekat ada di MA-50 pada posisi US$16.606/ton. Jika tertembus, maka potensi dapat menuju US$17.050/ton akan menjadi resistance selanjutnya.

Sementara support terdekat masih ada di posisi US$15.733/ton. Penembusan di titik ini bisa membuat harga nikel makin turun lagi ke US$15.524/ton.


(fad)

No more pages