“Beberapa investasi signifikan yang telah kami lakukan tidak membuahkan hasil seperti yang kami harapkan. Biaya kami telah meningkat hingga mencapai titik di mana mereka tidak dapat dipertahankan, dan kami tidak memiliki ruang untuk bereksperimen atau mengalami kegagalan,” papar dia.
Grup divisi diminta melakukan penyesuaian bisnis karena efek terancamnya bisnis inti. Riot juga memutuskan untuk menahan perekrutan, dan “dalam beberapa kasus pembekuan perekrutan.”
“Namun, usai berdiskusi dengan para pemimpin di seluruh Riot, menjadi jelas bagi kami semua bahwa perubahan ini tidak cukup. Kami harus melakukan lebih banyak hal untuk memfokuskan bisnis kami dan memusatkan upaya pada hal-hal yang paling mendorong nilai pemain - hal-hal yang benar-benar bernilai bagi para pemain. Sayangnya, hal ini melibatkan perubahan di area di mana kami paling banyak berinvestasi - jumlah karyawan,” kata Jadeja.
PHK menjadi keharusan di tengah fokus perusahaan mengendalikan laju biaya. Ia menolak anggapan bahwa PHK dilakukan menenangkan para pemegang saham atau untuk mencapai angka pendapatan kuartalan - kami membuat keputusan ini karena ini adalah sebuah keharusan.
“Inilah yang perlu kami lakukan untuk mempertahankan fokus jangka panjang,” pungkas Jadeja.
Riot Games yang didukung oleh perusahan teknologi Tencnet memilik beberapa game seperti League of Legends, Valorant, Teamfight Tactics, dan Wild Rift.
(wep)