Menurutnya emisi CO2 per kapita Indonesia lebih rendah dari rata-rata global, “Kontribusi CO2 dari anggota G20 menyumbang 80% dari emisi karbon per kapita, di AS porsinya 14,7 ton per kapita, sementara based line dari rata-rata global adalah 4,5 ton per kapita. Dan Indonesia hanya 2,3 ton per kapita, itu di bawah based line,” ujarnya.
Menurut Luhut, Indonesia telah berkontribusi pada penghematan emisi CO2 yang signifikan melalui penyerapan karbon dan memiliki potensi untuk menyerap lebih banyak CO2 di masa depan.
Selain itu, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon sebagaimana diatur dalam Nationally Determined Contributions (NDC) dan akan lebih berkurang ke depannya.
Usaha Indonesia untuk menyerap karbon adalah dengan memiliki program rehabilitasi hutan yang ekstensif, termasuk restorasi lahan gambut dan mangrove. Indonesia telah merehabilitasi 3 juta lahan terdegradasi selama 10 tahun terakhir.
Sekitar 600 ribu hektar hutan bakau diproyeksikan akan direhabilitasi pada tahun 2024, yang merupakan target paling ambisius yang pernah ada. Sejak tahun 2017 sekitar 3,7 juta ha lahan gambut telah direstorasi dan dilanjutkan dengan 1,2 juta ha pada tahun 2024.
(krz/evs)