Logo Bloomberg Technoz

Dawn Damon, orang tua berusia 51 tahun dengan lima orang anak asal Spokane, Washington, mendengar tentang Temu dari ibunya yang berusia 72 tahun. Ia suka dan memesan sekitar 31 produk, seperti dompet, koper, topi musim dingin, lilin, seni dinding, handuk, dan dispenser sabun.

“Saya suka berbelanja. Saya tidak selalu punya banyak uang, waktu, atau energi untuk berbelanja, tapi saya bisa melihat-lihat barang di Temu dan melihat-lihat saja,” kata Damon.

Temu yang dimiliki PDD Holdings Inc, memulai debutnya di AS pada akhir tahun 2022. Temu dengan cepat menjadi salah satu aplikasi yang paling banyak diunduh.

Perusahaan ini juga beriklan secara agresif, menjangkau pembeli melalui Facebook dan iklan Super Bowl yang mendorong orang untuk “Berbelanja Layaknya Miliarder.”

Bersama dengan Shein dan TikTok Shop, Temu menarik bagi konsumen yang bersedia menoleransi waktu pengiriman yang lebih lama dengan imbalan diskon besar-besaran untuk berbagai macam barang.

Profil pembeli e-commerce Temu. (Dok: Bloomberg)

Ketiga perusahaan startup asal China ini merupakan alternatif bagi Amazon.com Inc, yang mendominasi pasar e-commerce di AS, namun baru-baru ini Amazon mengalami perlambatan pertumbuhan penjualan.

Faktor penarik Temu bagi generasi Boomers dan Gen X menunjukkan bahwa Temu tidak hanya sekedar tren di kalangan pembeli yang lebih muda, tetapi juga memiliki potensi untuk bertahan lama.

Wendy Woloson, pemerhati budaya konsumen di Rutgers University-Camden, mengatakan bahwa sifat Temu yang mudah diakses menurunkan penghalang masuk bagi orang tua yang mungkin kurang paham komputer.

“Menavigasi situs ini jauh lebih intuitif daripada, katakanlah, Amazon, karena menawarkan sejumlah barang dalam satu tampilan yang mudah dilihat," katanya.

Pengalaman berbelanja yang mirip permainan di aplikasi ini membuat kunjungan terasa seperti perjalanan ke kasino. Pengguna memutar roda rolet untuk memenangkan diskon dan hadiah gratis, serta mendapatkan imbalan atas referensi.

“Elemen gamifikasi meningkatkan nilai yang dirasakan dari produk dan nilai hedonis dari pengalaman berbelanja, yang merupakan faktor motivasi penting dalam membentuk perilaku konsumen," kata Emily Balcetis, profesor psikologi di New York University. 

Pembeli yang lebih tua mungkin tidak begitu melek teknologi seperti “generasi muda yang digital native”, dan bukti menunjukkan bahwa mereka kurang sadar tentang bagaimana gamifikasi memengaruhi keputusan pembelian mereka, tambah Balcetis. 

Dengan kata lain, pengguna yang lebih tua “mungkin lebih cenderung tertarik dengan elemen-elemen yang menghibur dari pengalaman berbelanja.”

Damon, yang juga berbelanja di peritel diskon seperti Ross Stores Inc dan Marshalls, mengatakan bahwa pembeliannya di Temu terkadang tidak sesuai dengan keinginan, dan ia menganggap hal tersebut sebagai bagian dari kesenangan.

(bbn)

No more pages