Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Mantan pejabat Federal Reserve memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (AS) itu akan memulai langkah penurunan bunga sebelum inflasi di negeri itu menyentuh 2%, di mana hal itu bisa dilakukan secepatnya pada Maret nanti.

James Bullard, yang dulu pernah menjabat sebagai Gubernur The Fed St. Louis, negara bagian Misouri, dalam wawancara eksklusif dengan Wall Street Journal, memperkirakan, inflasi inti di negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia itu akan semakin melambat di kisaran 2% sebelum Oktober nanti.

Sementara inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) sudah menyentuh level 2,6% pada November lalu di mana angka terbaru nanti akan dirilis Jumat pekan ini.

Ketika inflasi inti menyentuh 2%, diperkirakan pada kuartal III-2024 nanti, menurut Bullard, akan memunculkan kesulitan bagi Thefed. "Mereka tidak ingin memasuki semester II-2024 dan inflasi sudah mencapai 2% dan Anda masih belum mengubah kebijakannya, bukan? Itu sudah terlambat," kata Bullard, dikutip hari Rabu (24/1/2024). 

Namun, berdasarkan risalah rapat yang dilansir bulan lalu, pejabat The Fed memperkirakan laju inflasi belum akan melambat jadi 2% hingga 2025 nanti.

Lebih lanjut Bullard bilang, bila inflasi ada di kisaran 2%-2,5% dan The Fed belum mengubah kebijakan moneter, maka itu pada akhirnya akan memaksa bank sentral bergerak agresif utuk menurunkan bunga. "Itu akan menjadi hal yang sulit," komentar Bullard.

Pemotongan bunga sebesar itu akan memberi sinyal bahwa bank sentral reaktif terhadap pelemahan ekonomi.

The Fed dijadwalkan menggelar rapat Komite Terbuka atau Federal Open Meeting Committee (FOMC) pada 31 Januari atau Kamis pekan depan. Konsensus ekonom yang digalang oleh Bloomberg sejauh ini memperkirakan The Fed akan menahan Fed fund rate di posisi saat ini 5,25%-5,5%.

(rui)

No more pages