Kemarin, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,28% ke 103,617. Ini adalah yang tertinggi sejak 12 Desember lebih dari sebulan terakhir.
Penguatan dolar AS didorong oleh sikap investor yang wait and see jelang pengumuman data Personal Consumption Expenditure (PCE) di Negeri Paman Sam. PCE adalah indikator yang menjadi acuan inflasi bagi bank sentral Federal Reserve.
Pada Jumat (26/1/2024) malam waktu Indonesia, US Bureau of Economic Analysis akan merilis data PCE periode Desember 2023. Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg memperkirakan PCE inti akan berada di 0,2% month-to-month (mtm). Lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 0,1%.
Jika terwujud, maka akan menjadi bukti bahwa inflasi di AS masih ‘bandel’. Ini akan membuat The Fed sulit untuk menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas memang masih bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 48,91. RSI di bawah 50 menunjukkan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Semenatara indikator Stochastic RSI berada di 49,35. Artinya, emas masih mungkin mengalami tekanan jual karena belum oversold.
Target support terdekat ada di US$ 2.016/ons. Jika tertembus, maka harga emas bisa meluncur turun ke arah US$ 1.987/ons.
Sedangkan target resisten terdekat adalah US$ 2.032/ons. Penembusan di titik ini berpotensi membawa harga emas naik menuju US$ 2.039/ons.
(aji)