“Apakah tidak cukup menyiksa orang tahun lalu?” tulis seorang pengguna di Weibo, aplikasi mirip Twitter di China. “Kalau kita harus lockdown karena influenza, artinya kita harus lockdown setiap musim flu datang? Kami tidak akan kembali ke masa itu,” kata warganet lainnya.
Pada awal Desember, pemerintah China mengumumkan pelonggaran pembatasan Covid, tetapi kasus flu yang meningkat memaksa beberapa sekolah untuk menutup kelasnya. Hal ini disebabkan karena anak-anak rentan jatuh sakit dan ketersediaan vaksin flu terbatas.
Rencana penanganan darurat untuk jenis flu yang berpotensi pandemi bukanlah hal yang baru bagi otoritas kesehatan dan pemerintah daerah di China. Detail situasi di Xi'an mirip dengan panduan pengendalian awal mula Covid.
Pemerintah daerah dapat mengambil tindakan ekstrim untuk menanggapi wabah parah di bawah sistem tanggap empat tingkat, termasuk penguncian wilayah yang terkena wabah parah, serta menutup bisnis dan sekolah. Peraturan tersebut akan berlaku saat virus flu yang muncul mampu menular secara terus-menerus dari orang ke orang dan menyebabkan lonjakan penularan luas yang menimbulkan risiko kesehatan yang serius.
Reaksi yang timbul di media sosial mencerminkan trauma yang dialami oleh warga China selama tiga tahun terakhir. Kala itu, Beijing dengan gigih menerapkan strategi eliminasi, bahkan saat virus bermutasi menjadi varian tersembunyi yang membuat lockdown menjadi tidak efektif.
Beberapa orang khawatir langkah yang diterapkan untuk mengendalikan Covid itu akan diberlakukan oleh pemerintah untuk mencegah penyebaran wabah influenza setiap tahun.
--Dengan asistensi Jinshan Hong.
(bbn)