Sementara itu, beras yang diimpor pada Januari 2023 sebesar 298.371. Adapun, sepanjang Februari—April 2023 beras yang akan didatangkan dari luar negeri volumenya tak lebih dari 178.674 ton.
Total ketersediaan beras nasional Januari—April 2023 mencapai 19,36 ton dengan kebutuhan selama periode tersebut sebesar 10,26 ton. Dari selisih ketersediaan dan kebutuhan beras tersebut didapatkan angka surplus 9,1 juta ton.
"Mengapa kemarin itu kita impor? Karena paada November, Desember, Januari itu shortage. Sehingga, untuk menjaga stabilisasi harga beras dalam negeri kita impor dan langsung didistribusikan ke masyarakat dengan harga di Perum Bulog (Persero) Rp8.300 per kg dan harga di pasar maksimum Rp9.450," tuturnya.
Secara tahunan, berdasarkan prognosis neraca pangan nasional periode Januari—Desember 2023 produksi dalam negeri mencapai 31,91 juta. Apabila ditambah dengan stok awal tahun, jumlahnya menjadi 35,98 juta ton.
Kebutuhan tahunan diproyeksi mencapai 30,97 juta ton atau kebutuhan setiap bulanannya sebesar 2,58 juta ton. Stok akhir tahun diperkirakan sebesar 5,44 juta ton sudah termasuk 433.317 rencana impor yang akan direalisasikan apabila diperlukan.
Edy menyebut hingga akhir tahun ini komoditas pangan yang akan diimpor oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri adalah kedelai, bawang putih, daging lembu, dan ikan. Berdasarkan prognosis neraca pangan nasional periode Januari-Desember 2023, produksi dalam negeri komoditas tersebut belum mampu memenuhi tingginya kebutuhan nasional.
"Komoditas paling rawan itu yang memang produksi dalam negerinya shortage, seperti kedelai. Kita produksi dalam negeri [kedelai] itu perkiraan hanya 355.960 ton sehingga ada potensi impor 2,5 juta ton karena kebutuhan bulanan kita itu 231.000 ton," ungkapnya.
(rez/wdh)