Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bulan Ramadan sudah semakin dekat. Periode ini selalu dikaitkan dengan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang bergerak naik, bersamaan dengan permintaan daging ayam yang akan meningkat. Emiten-emiten poultry akan diuntungkan.

Momen bulan Ramadan kali ini kemungkinan terlihat lebih ramai, didukung oleh kebijakan pemerintah yang telah menghapus PPKM sejak Januari 2023 sehingga aktivitas masyarakat dalam konsumsinya bisa jadi lebih tinggi. Euforia ini biasanya akan diikuti oleh kenaikan harga saham emiten poultry.

Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus yang dibagikan pada tahun ini juga berpotensi akan dibagikan secara penuh lantaran tekanan akibat pandemi Covid-19 sudah tidak menjadi isu lagi. Beberapa sentimen tersebut bisa jadi booster saham poultry.

Namun, Investment Specialist Mirae Asset Sekuritas, Fatur Aria memaparkan selain sentimen positif di atas, tekanan juga perlu diantisipasi. Menyusul mulai munculnya kasus flu burung dengan clade terbaru 2.3.4.4B di sejumlah negara.

Akan tetapi, Fatur meyakini bahwa para emiten sudah mengantisipasi terkait hal tersebut, terlebih adanya potensi demand yang meningkat saat Ramadan dan lebaran.

Adapun sentimen negatif lainnya yang masih membayangi laju emiten poultry adalah tekanan pada nilai tukar rupiah yang saat ini sedang dalam tren penurunan hingga berada di atas level Rp 15.400/US$. Sementara beberapa pasokan operasional bisnis mereka masih menggunakan bahan baku impor, yang secara berkesinambungan akan menjadi peningkatan beban.

Secara pergerakan harga saham, keempat saham emiten poultry, yaitu PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN), dan PT Widodo Makmur Unggas Tbk (WMUU) tengah berada pada teritori negatif dengan mencatatkan koreksi dalam 1 bulan terakhir perdagangan sahamnya.

Koreksi paling dalam sedang dialami oleh saham CPIN, dengan mencatatkan penurunan 3,37% pada penutupan perdagangan hari ini Kamis (9/3/2023), dalam 3 hari terakhir juga tengah terkoreksi 4,29%, dan secara bulanan koreksi CPIN mencapai -12,50%.

Koreksi Terjadi Pada Saham CPIN Dalam 1 Bulan Terakhir (Bloomberg)

Equity Analyst Sinarmas Sekuritas, Michael Filbery pada risetnya menjelaskan, walau koreksi CPIN tengah terjadi, Michael tetap optimis bahwa CPIN akan mendapatkan manfaat terbesar dari meningkatnya konsumsi ayam karena kapasitas produksinya yang memimpin pasar.

“Kami memberikan rekomendasi Buy pada CPIN dengan target price sebesar Rp 7.200/saham yang didapat dari perhitungan DCF,” katanya pada riset yang diterbitkan.

Adapun selanjutnya koreksi juga terjadi pada saham JPFA, di mana dalam 3 hari terakhir sudah terkoreksi sebesar 2,40%, dan secara bulanan koreksi JPFA mencapai -9,29%.

Koreksi Terjadi Pada Saham JPFA Dalam 1 Bulan Terakhir (Bloomberg)

Sementara itu, pergerakan harga saham MAIN juga tercatat pada teritori negatif dalam 3 hari terakhir tercatat terkoreksi 4,22%, dan secara bulanan koreksi MAIN mencapai -6,58%.

Koreksi Terjadi Pada Saham MAIN Dalam 1 Bulan Terakhir (Bloomberg)

Selanjutnya, pergerakan harga saham WMUU juga pada zona merah dalam 3 hari terakhir, dengan mencatatkan penurunan 1,92%, dan secara bulanan koreksi WMUU mencapai -16,13%.

Koreksi Terjadi Pada Saham WMUU Dalam 1 Bulan Terakhir (Bloomberg)

“Pergerakan saham sektor poultry yang turun ini tidak lepas dari penurunan kinerja keuangan masing-masing emiten yang mencatatkan di bawah ekspektasi kami,” papar Fatur kepada Bloomberg Technoz, Kamis (9/3/2023).

“Lagi-lagi penurunan kinerja disebabkan oleh menurunnya penjualan segmen Day Old Chicken (DOC) dan segmen Broiler, Selain penurunan penjualan, kenaikan beban akibat harga pakan yang meningkat jadi salah satu penyebab turunnya kinerja, yang berakibat kepada koreksinya harga saham,” pungkasnya.

(fad/ggq)

No more pages