Reli tanpa henti di saham-saham India bertepatan dengan kemerosotan bersejarah di Hong Kong, di mana beberapa perusahaan paling berpengaruh dan inovatif di China terdaftar. Pembatasan anti-Covid-19 yang ketat di Beijing, tindakan keras terhadap perusahaan, krisis sektor properti, dan ketegangan geopolitik dengan Barat telah mengikis daya tarik China sebagai mesin pertumbuhan dunia.
Semua itu juga telah memicu kejatuhan ekuitas yang kini mencapai proporsi yang luar biasa, dengan total nilai pasar saham China dan Hong Kong telah jatuh lebih dari US$6 triliun sejak puncaknya pada tahun 2021. Pencatatan saham baru telah mengering di Hong Kong, dengan pusat keuangan Asia ini kehilangan statusnya sebagai salah satu tempat tersibuk di dunia untuk penawaran umum perdana.
Namun, beberapa ahli strategi memperkirakan adanya perubahan. UBS Group AG melihat saham-saham China mengungguli saham-saham India pada tahun 2024 karena valuasi yang terpukul di pasar India menunjukkan potensi kenaikan yang signifikan setelah sentimen berubah, sementara pasar China berada pada "tingkat yang cukup ekstrem," menurut sebuah laporan pada November.
Bernstein memperkirakan pasar China akan pulih, dan merekomendasikan untuk mengambil untung dari saham-saham India, yang dianggapnya mahal, menurut sebuah catatan di awal bulan ini.
Meskipun begitu, momentum tampaknya berada di pihak India untuk saat ini.
Pesimisme terhadap China dan Hong Kong semakin dalam di tahun baru ini di tengah kurangnya langkah-langkah stimulus ekonomi yang besar. Indeks Hang Seng China Enterprises Index, sebuah indeks saham China yang terdaftar di Hong Kong, telah turun sekitar 13% setelah mencapai rekor penurunan beruntun selama empat tahun pada tahun 2023. Indeks ini meluncur ke level terendahnya dalam hampir dua dekade, sementara indeks-indeks saham India diperdagangkan mendekati rekor tertinggi.
Orang-orang asing yang sampai saat ini terpikat dengan narasi China mengirimkan dana mereka ke saingannya di Asia Selatan. Para pengelola dana pensiun dan sovereign wealth global juga terlihat lebih menyukai India, menurut sebuah studi terbaru dari lembaga think-tank yang berbasis di London, Official Monetary and Financial Institutions Forum.
Dana-dana dari luar negeri mengalir lebih dari US$21 miliar ke dalam saham-saham India pada tahun 2023, membantu Indeks S&P BSE Sensex negara ini mencapai kenaikan selama delapan tahun berturut-turut.
"Ada konsensus yang jelas bahwa India merupakan peluang investasi jangka panjang terbaik," tulis para ahli strategi Goldman Sachs Group Inc, termasuk Guillaume Jaisson dan Peter Oppenheimer dalam sebuah catatan pada 16 Januari yang berisi hasil-hasil survei dari Konferensi Strategi Global perusahaan ini.
(bbn)