Mata uang di Asia Tenggara terpantau melemah, di mana rupiah memimpin pelemahan, diikuti oleh baht Thailand yang melemah 0,19%, juga ringgit Malaysia 0,08%, peso Filipin yang tergerus 0,09%, dong Vietnam juga melemah 0,03%. Hanya dolar Singapura saja pagi ini yang masih menguat tipis melawan dolar Amerika Serikat.
Sementara mata uang Asia Timur seperti won Korea Selatan, dolar Taiwan juga yuan China kesemuanya masih mencatat penguatan. Begitu juga rupee India yang bergerak stagnan dengan penguatan tipis 0,07%.
Secara teknikal nilai rupiah sudah berada di target kontraksi terdekat di Rp15.670-Rp15.700/US$. Level support terendah selanjutnya berpotensi tertahan di Rp15.735/US$.
Dalam jangka pendek, rupiah berpotensi membentuk tren lower low, terkonfirmasi terus menjauhi indikator MA, serta di luar trendline channel Rp15.605/US$, tercermin dari time frame daily menggaris chart dalam tren satu tahun ke belakang.
Rupiah tertekan penguatan dolar AS semalam di kala aksi beli sebenarnya bangkit di pasar surat utang global. Yield Treasury, surat utang AS, tergerus turun dan menaikkan animo pasar pada aset surat utang di emerging market di mana indeks EMBI naik tipis.
Kegairahan pasar global menular ke dalam negeri dalam perdagangan kemarin di mana yield SUN tenor 10 tahun dan 2 tahun juga melandai.
Sentimen bullish itu menurut analis akan berlanjut hari ini. "Sentimen bullish di pasar SUN akan terfokus pada tenor pendek di bawah 5 tahun, terutama SUN 5 tahun yang imbal hasilnya 6.45%, masih memiliki potensi penurunan -20 bps hingga level JIBOR 1 minggu di 6.25%," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Mega Capital Sekuritas dalam catatan pagi untuk klien hari ini.
Analis Goldman Sachs Danny Suwarnapruti dalam catatannya yang dirilis Ahad lalu, mempertahankan rekomendasi 'beli' untuk SBN bertenor 10 tahun dengan target di 6% dan stop loss di 7%, seperti dilansir dari Bloomberg News, Senin (22/1/2024).
(rui)