“Selama 10 tahun terakhir, konsumsi masih menjadi basis yang kuat terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan lebih dari 50% kontribusi pada PDB. Pada 2022, tingkat kepercayaan konsumen terjaga pada level optimis dengan nilai di atas 100. Hal ini disebabkan karena subsidi BBM dan listrik, serta sejumlah program bantuan yang diterapkan pemerintah,” jelasnya.
Selama 2022, investasi menjadi kontributor terbesar kedua sebesar 32,1% selama 2022, khususnya yang berasal dari luar negeri atau foreign direct investment (FDI). Sejumlah negara menjadi sumber FDI terbesar di Indonesia tahun lalu antara lain Singapura sebanyak US$ 13,28 miliar, China sebanyak US$ 8,23 miliar, dan Hong Kong sebesar US$ 5,51 miliar.
Dari sisi APBN, Denny menjelaskan, kenaikan harga komoditas tahun lalu memiliki dampak ganda terhadap anggaran.
“Harga komoditas yang tinggi, terutama bahan bakar minyak berdampak negatif, karena pemerintah perlu membayar lebih banyak subsidi. Namun, di sisi lain, hal ini juga membawa pemasukan tambahan bagi pemerintah karena ekspor Indonesia masih didominasi oleh komoditas batubara dan kelapa sawit,” jelasnya.
Ia menambahkan defisit anggaran tahun lalu lebih rendah dari yang diperkirakan sehingga negara memiliki Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) sebesar Rp 119,21 triliun yang dapat digunakan untuk mendukung anggaran di 2023.
Denny memperkirakan anggaran pemerintah tetap kuat pada tahun 2023 untuk mendorong program-program pro-pertumbuhan dan pro-penciptaan lapangan kerja, serta melanjutkan subsidi untuk melindungi konsumsi dan mengendalikan inflasi.
Sementara itu, dari sisi perdagangan, Denny mengatakan Indonesia secara konsisten mengalami surplus sejak tahun 2020 dan diperkirakan tren tersebut masih akan berlanjut.
“Kami memperkirakan tren ini masih akan berlanjut terutama dengan partner dagang Indonesia yang mayoritas hanya mengalami sedikit perlambatan ekonomi dan harga-harga komoditi unggulan Indonesia yang masih kuat,” jelasnya.
Denny menambahkan Indonesia memiliki lima tujuan ekspor terbesar yaitu China dengan pertumbuhan ekonominya diperkirakan meningkat sebesar 4,7%, Amerika Serikat dengan peningkatan sebesar 0,2%, Jepang sebesar 1,2%, India sebesar 5,4%, dan Malaysia sebesar 4,4%.
(tar/ggq)