Sebelumnya pada Senin, AS mengatakan bahwa dua anggota Navy Seals yang hilang dalam sebuah misi pada 11 Januari untuk menyita senjata-senjata Iran yang ditujukan kepada Houthi kini diperkirakan telah tewas, menandai korban militer AS pertama yang diketahui secara publik terkait dengan konflik tersebut.
Kedua anggota SEAL tersebut merupakan bagian dari sebuah tim yang menaiki sebuah kapal di dekat pantai Somalia. Pasukan AS menenggelamkan kapal tersebut setelah mereka menyita komponen-komponen rudal balistik dan rudal jelajah.
Pekan lalu, Presiden Joe Biden mengakui bahwa serangan-serangan tersebut sejauh ini belum memberikan efek yang diharapkan. "Apakah mereka menghentikan Houthi? Tidak. Apakah mereka akan melanjutkannya? Ya," kata Biden kepada para wartawan.
Pada Minggu, Wakil Penasihat Keamanan Nasional Jon Finer mengatakan bahwa tindakan militer untuk menghalangi Houthi dan kelompok-kelompok lain yang didukung oleh Iran akan membutuhkan waktu.
"Pencegahan bukanlah sebuah saklar lampu," kata Finer pada acara This Week di ABC. "Kami mengambil stok senjata ini, sehingga mereka tidak akan dapat melakukan begitu banyak serangan dari waktu ke waktu. Itu akan membutuhkan waktu untuk berjalan."
Ketegangan di Timur Tengah terus meningkat sejak serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan serangan balasan Israel, yang telah menewaskan lebih dari 25.000 orang di Jalur Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
(bbn)