Logo Bloomberg Technoz

Sektoral saham energi dan saham perindustrian menjadi pemberat IHSG dengan pelemahan 1,17% dan 0,79%, disusul oleh melemahnya saham barang baku 0,74%. Sedangkan, sektoral saham infrastruktur mengalami kenaikan 0,79%.

Saham-saham yang melesat dan menjadi top gainers di antaranya PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) yang menguat 13,4%, PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk (CASH) melejit 9,61%, dan PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE) bertambah 9,38%.

Sedangkan saham-saham yang jatuh dan menjadi top losers antara lain PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA) yang turun 25%, PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) anjlok 24,7%, dan PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) ambruk 24%.

Adapun kinerja bursa di Asia siang hari ini bergerak mixed. Sejumlah indeks saham lain ada yang menapaki jalur hijau, a.l Nikkei 225 (Tokyo) berhasil menguat 1,31%, Topix (Jepang) menguat 1,06%, PSEI (Filipina) dengan kenaikan 0,77%, Weighted Index (Taiwan) mencatat kenaikan 0,62%, KLCI (Malaysia) menguat 0,37%, Straits Time (Singapura) terbang 0,14%, dan Kospi (Korea Selatan) yang melonjak 0,04%.

Sementara indeks lainnya masih bergerak melemah. Mereka adalah Shenzhen Comp. (China) ambles 2,24 %, Hang Seng (Hong Kong) yang melemah 1,93%, Shanghai Composite (China) drop 1,13%, SETI (Thailand) turun 0,4%, dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) terperosok sedalam 0,13%.

Bursa Saham Asia gagal memanfaatkan momentum penguatan di Bursa Saham Amerika Serikat. Dini hari tadi waktu Indonesia, tiga indeks utama di Wall Street kompak ditutup menghijau.

S&P 500, Nasdaq Composite, Dow Jones Industrial Average, dan masing-masing naik 1,23%, 1,7%, dan 1,05%. Adapun saham-saham di New York itu ditutup pada level tertinggi sepanjang sejarah (All Time High/ATH) seiring dengan spekulasi jika Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan melakukan pemangkasan suku bunga acuan tahun ini.

“Setelah penantian lebih dari dua tahun, pasar saham mencapai rekor tertinggi baru,” kata Greg McBride dari Bankrate, seperti yang diwartakan oleh Bloomberg News, Senin (22/1/2024).

“Meredakan tekanan inflasi dan prospek penurunan suku bunga serta melemahnya perekonomian telah memicu minat investor terhadap risiko,” tambahnya.

Para investor juga akan mencermati perkiraan pertama PDB AS kuartal keempat pada Kamis, menyusul pertemuan Bank Sentral Kanada dan Eropa, serta data output ekonomi Korea Selatan dan juga pembacaan awal survei Purchasing Managers Index (PMI) Eropa pada 2024. 

Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, di AS, rilis data minggu lalu yang memperlihatkan inflasi (Consumer Price Index/CPI) melampaui ekspektasi dan rilis data terbaru yang memperlihatkan kondisi pasar tenaga kerja tetap ketat memberi gambaran bahwa ekonomi AS masih sehat, meskipun suku bunga acuan berada di level tertinggi dalam dua dekade.

Kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih ketat ini memicu investor untuk menentukan ulang arah dan ekspektasi penurunan suku bunga mereka, di tengah harapan bahwa kebijakan-kebijakan The Fed akan menciptakan soft landing bagi perekonomian AS.

(fad)

No more pages